Perasaan bersalah ini dapat memperburuk kondisi emosional yang sudah ada, menciptakan lingkaran setan di mana mereka merasa semakin terasing dari perasaan mereka sendiri.
Selain itu, toxic positivity dapat merusak hubungan. Ketika seseorang merasa tidak didengarkan atau dipahami karena orang di sekitarnya selalu berusaha mengarahkan percakapan ke arah yang positif, mereka mungkin akan mulai menarik diri.
Mereka merasa bahwa emosi mereka tidak valid atau bahwa mereka tidak bisa berbicara dengan jujur tentang apa yang mereka rasakan. Akibatnya, hubungan menjadi dangkal, karena tidak ada ruang untuk kejujuran emosional yang sesungguhnya.
Cara Mengenali dan Menghindari Toxic Positivity
Mengakui bahwa kita memiliki kecenderungan untuk mendorong toxic positivity adalah langkah pertama yang penting. Hal ini sering kali berasal dari niat baik kita ingin membantu orang lain merasa lebih baik.
Namun, penting untuk diingat bahwa perasaan negatif adalah bagian normal dari kehidupan, dan kadang-kadang, yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk seseorang adalah hanya mendengarkan dan membiarkan mereka merasakan apa yang mereka rasakan.
Untuk menghindari toxic positivity, cobalah untuk memberikan ruang bagi semua jenis emosi, baik positif maupun negatif. Alih-alih mengatakan, "Kamu harus bersyukur" coba katakan, "Saya paham ini sulit untukmu. Apa yang bisa saya lakukan untuk membantumu?" atau "Tidak apa-apa untuk merasa sedih, marah, atau kecewa".
Dengan mengakui dan menerima emosi negatif, kita memberikan diri kita sendiri dan orang lain kesempatan untuk benar-benar merasakan dan memproses perasaan tersebut. Ini tidak berarti kita harus tenggelam dalam negativitas, tetapi kita harus memberikan ruang bagi perasaan yang mungkin tidak nyaman. Kadang-kadang, hanya dengan mengakui bahwa semuanya tidak baik-baik saja sudah cukup untuk mengurangi beban emosional yang kita rasakan.
Memilih Empati di Atas Kepura-puraan
Kunci untuk mengatasi toxic positivity adalah empati. Empati berarti mendengarkan tanpa menghakimi, menerima tanpa memaksa perubahan, dan memberikan dukungan tanpa syarat.Â
Ketika kita berempati, kita tidak berusaha untuk memperbaiki perasaan orang lain dengan segera, melainkan kita hadir bersama mereka dalam perjalanan emosional mereka.