Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kesetaraan Peluang dalam Dunia Kerja, Sebuah Realitas yang Masih Jauh dari Harapan

13 Agustus 2024   19:04 Diperbarui: 15 Agustus 2024   09:41 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (Sumber: theconversation.com)

ILUSTRASI Kesetaraan dalam dunia kerja | Image by gzorgz/Freepik
ILUSTRASI Kesetaraan dalam dunia kerja | Image by gzorgz/Freepik

Dunia kerja saat ini sering kali dipuji karena keberagaman dan inklusivitasnya, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam hal kesetaraan peluang.

Seringkali, bias-bias tersembunyi dan stereotip yang mengakar membuat peluang yang seharusnya setara menjadi sangat tidak adil bagi beberapa kelompok. 

Artikel ini akan mengeksplorasi isu yang sering terjadi di tempat kerja, yang meski tampak sepele, sebenarnya berdampak besar terhadap kesempatan yang tersedia bagi individu-individu tertentu.

Stereotip dan Pilihan Karier

Di dunia kerja, banyak orang terjebak dalam stereotip yang mengarahkan mereka pada jalur karier tertentu, seringkali berdasarkan gender atau latar belakang etnis mereka. 

Misalnya, ada anggapan umum bahwa perempuan lebih cocok untuk pekerjaan di bidang administrasi atau layanan pelanggan, sementara laki-laki lebih sering dianggap lebih kompeten untuk peran teknis atau kepemimpinan. 

Meskipun tidak ada dasar yang kuat untuk klaim ini, stereotip tersebut masih mempengaruhi keputusan perekrutan dan promosi di banyak perusahaan.

Contoh nyatanya dapat dilihat pada industri teknologi, di mana perempuan sering kali dihadapkan pada hambatan-hambatan yang tidak dihadapi oleh rekan-rekan laki-lakinya. 

Meskipun perempuan yang memasuki bidang ini memiliki kualifikasi yang sama dengan laki-laki, mereka sering kali dianggap kurang mampu untuk posisi yang lebih tinggi, terutama dalam peran-peran teknis yang dianggap 'lebih cocok' untuk laki-laki. 

Akibatnya, banyak perempuan yang merasa terhambat untuk maju dalam karier mereka, meskipun mereka memiliki kemampuan dan dedikasi yang luar biasa.

"Glass Ceiling" yang Tak Terlihat

Istilah "glass ceiling" sering digunakan untuk menggambarkan batasan tak terlihat yang menghalangi perempuan dan kelompok minoritas lainnya untuk mencapai posisi puncak dalam organisasi. 

Meskipun batasan ini tidak secara eksplisit dinyatakan, ia hadir dalam bentuk budaya perusahaan, bias yang tidak disadari, dan praktik-praktik yang tidak adil dalam promosi. 

Mereka yang terjebak di bawah "glass ceiling" sering kali melihat peluang promosi berlalu begitu saja, meskipun mereka memiliki kualifikasi dan pengalaman yang memadai.

Sebagai contoh, banyak perempuan di sektor korporat merasa bahwa meskipun mereka bekerja lebih keras dan lebih lama, mereka tetap tidak diakui atau diberi kesempatan untuk naik ke posisi eksekutif. 

Hal ini bukan karena mereka kurang kompeten, tetapi lebih karena adanya asumsi yang salah bahwa perempuan kurang mampu memimpin dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. 

Ketika promosi terjadi, sering kali posisi eksekutif ini diberikan kepada laki-laki dengan alasan bahwa mereka lebih "sesuai" untuk peran tersebut.

Beban Ganda: Tanggung Jawab di Rumah dan di Tempat Kerja

Salah satu isu yang sering kali diabaikan dalam diskusi tentang kesetaraan peluang adalah beban ganda yang dialami oleh banyak perempuan. Di satu sisi, mereka diharapkan untuk berprestasi di tempat kerja; di sisi lain, mereka juga sering kali bertanggung jawab atas sebagian besar tugas rumah tangga dan perawatan anak. 

Beban ganda ini membuat banyak perempuan merasa bahwa mereka tidak mampu bersaing dengan rekan laki-laki mereka yang tidak menghadapi tekanan serupa.

Dalam banyak kasus, perempuan yang berusaha menyeimbangkan antara pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga merasa terpaksa harus menolak kesempatan promosi atau peran yang lebih menantang, karena tidak ada cukup waktu atau dukungan untuk menangani semuanya. 

Selain itu, budaya kerja di beberapa perusahaan tidak mendukung keseimbangan kerja-hidup yang sehat, membuat perempuan merasa bersalah jika mereka harus mengutamakan keluarga di atas pekerjaan.

Bias dalam Penilaian Kinerja

Isu lain yang sering terjadi di tempat kerja adalah bias dalam penilaian kinerja. Meskipun banyak perusahaan memiliki sistem penilaian yang tampaknya objektif, kenyataannya, bias yang tidak disadari sering kali mempengaruhi bagaimana kinerja individu dievaluasi. 

Contohnya, perempuan yang mengekspresikan pendapat dengan tegas mungkin dilihat sebagai "agresif" atau "terlalu emosional," sementara laki-laki yang melakukan hal yang sama dianggap "tegas" dan "berani."

Bias ini berdampak besar pada peluang karier. Seorang karyawan yang dievaluasi secara tidak adil akan kehilangan kesempatan untuk promosi, peningkatan gaji, dan pengembangan karier lainnya. 

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan, penurunan produktivitas, dan bahkan keputusan untuk meninggalkan perusahaan. Sementara itu, perusahaan kehilangan potensi dari karyawan yang sebenarnya sangat berbakat tetapi tidak mendapatkan pengakuan yang pantas.

Menuju Perubahan yang Nyata

Mengatasi ketidakadilan ini memerlukan perubahan yang mendalam dalam budaya organisasi dan kebijakan perusahaan. Langkah pertama adalah menyadari bahwa bias dan stereotip memang ada dan mereka berdampak nyata pada kesetaraan peluang di tempat kerja. 

Pelatihan tentang kesadaran bias, penilaian kinerja yang lebih transparan, dan kebijakan kerja yang mendukung keseimbangan kehidupan kerja adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil.

Perubahan juga memerlukan komitmen dari tingkat manajemen puncak. Pemimpin perusahaan harus menjadi teladan dalam mempromosikan kesetaraan dan menghilangkan hambatan yang menghalangi karyawan berbakat untuk maju. 

Dengan menciptakan lingkungan kerja yang benar-benar inklusif, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, perusahaan tidak hanya akan menjadi tempat kerja yang lebih adil, tetapi juga akan mendapatkan manfaat dari keragaman perspektif dan inovasi yang lebih besar.

Kesetaraan peluang bukanlah sebuah slogan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Hanya dengan kesadaran dan komitmen yang kuat, kita bisa berharap melihat dunia kerja yang benar-benar adil dan inklusif untuk semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun