Beban ganda ini membuat banyak perempuan merasa bahwa mereka tidak mampu bersaing dengan rekan laki-laki mereka yang tidak menghadapi tekanan serupa.
Dalam banyak kasus, perempuan yang berusaha menyeimbangkan antara pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga merasa terpaksa harus menolak kesempatan promosi atau peran yang lebih menantang, karena tidak ada cukup waktu atau dukungan untuk menangani semuanya.Â
Selain itu, budaya kerja di beberapa perusahaan tidak mendukung keseimbangan kerja-hidup yang sehat, membuat perempuan merasa bersalah jika mereka harus mengutamakan keluarga di atas pekerjaan.
Bias dalam Penilaian Kinerja
Isu lain yang sering terjadi di tempat kerja adalah bias dalam penilaian kinerja. Meskipun banyak perusahaan memiliki sistem penilaian yang tampaknya objektif, kenyataannya, bias yang tidak disadari sering kali mempengaruhi bagaimana kinerja individu dievaluasi.Â
Contohnya, perempuan yang mengekspresikan pendapat dengan tegas mungkin dilihat sebagai "agresif" atau "terlalu emosional," sementara laki-laki yang melakukan hal yang sama dianggap "tegas" dan "berani."
Bias ini berdampak besar pada peluang karier. Seorang karyawan yang dievaluasi secara tidak adil akan kehilangan kesempatan untuk promosi, peningkatan gaji, dan pengembangan karier lainnya.Â
Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan, penurunan produktivitas, dan bahkan keputusan untuk meninggalkan perusahaan. Sementara itu, perusahaan kehilangan potensi dari karyawan yang sebenarnya sangat berbakat tetapi tidak mendapatkan pengakuan yang pantas.
Menuju Perubahan yang Nyata
Mengatasi ketidakadilan ini memerlukan perubahan yang mendalam dalam budaya organisasi dan kebijakan perusahaan. Langkah pertama adalah menyadari bahwa bias dan stereotip memang ada dan mereka berdampak nyata pada kesetaraan peluang di tempat kerja.Â
Pelatihan tentang kesadaran bias, penilaian kinerja yang lebih transparan, dan kebijakan kerja yang mendukung keseimbangan kehidupan kerja adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil.