Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Kisah Nyata) Terjebak Rayuan Maut Sang Pujangga

2 Juli 2022   18:30 Diperbarui: 2 Juli 2022   19:29 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun apa yang harus dilakukannya saat ini? Ia tak punya hak apapun untuk memutuskan, selain rasa bersalah dan penyesalan yang akan selalu ia bawa dalam setiap langkahnya.

"Pergilah, Rey ... jangan muncul lagi di hidupku. Aku tidak mencintaimu."

Tidak peduli seberapa menusuknya kata-kata itu untuk Rey, Zahra tidak akan peduli. Seperti saat dirinya harus menahan sakit ribuan kali akibat lontaran kata yang sama yang pernah diucapkan Rey dulu.

Pergilah Rey ... rasakan bagaimana sakitnya. Nikmati perihnya dicampakkan. Terima semua kesakitan itu seperti bagaimana aku dulu. Lalu dengan begitu aku akan memaafkanmu, dan kamu bisa lebih menghargai hati orang lain.

Reyhan ... bagiku ....

Hanya sekumpulan puisi usang yang sudah waktunya aku kubur dalam kuburan kenangan paling terdalam. Puisi-puisi itu sudah mati bagiku. Aku tak akan mendengarnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun