Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Kisah Nyata) Temanku Guntur Sekolah

29 Juni 2022   19:28 Diperbarui: 2 Juli 2022   08:53 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar by pinterest

Aku mulai menemukan senyumanku di bangku SMA. Saat itu aku belajar menjadi kuat. Dunia telah mendidiku begitu hebat hingga akhirnya aku dapat bertahan sejauh ini. Lalu menghadiahiku senyuman yang dapat kubuka kapan saja ketika aku mau, lewat teman-temanku yang luar biasa.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mengejekku selama ini?

Bagaimana mereka sekarang?

Apa mereka lebih baik daripadaku?

Entahlah ... mengingatnya masih membuatku sakit. Aku tak mengharapkan permintaan maaf apapun. Sudah kuputuskan untuk menghapusnya dari pertemananku dan dari ruang ingatanku. 

Kita bahagia saja dengan versi kita masing-masing. Namun saat kalian mengingatku, aku harap Tuhan memberinya rasa sedih yang dalam yang melekat di hatinya.

Sebentar saja ... hanya untuk sebentar saja, rasakan itu dan pahami rasa sakitku.

Lalu setelah itu ... seperti kataku tadi,

Mari hidup bahagia dengan versi masing-masing.

--------------------------

Akibat dari bullying ini, korban selalu takut pergi ke sekolah, dia bahkan harus pergi ke psikiater selama sebulan. Semoga tidak akan ada lagi kejadian-kejadian serupa yang seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun