Aku mulai menemukan senyumanku di bangku SMA. Saat itu aku belajar menjadi kuat. Dunia telah mendidiku begitu hebat hingga akhirnya aku dapat bertahan sejauh ini. Lalu menghadiahiku senyuman yang dapat kubuka kapan saja ketika aku mau, lewat teman-temanku yang luar biasa.
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mengejekku selama ini?
Bagaimana mereka sekarang?
Apa mereka lebih baik daripadaku?
Entahlah ... mengingatnya masih membuatku sakit. Aku tak mengharapkan permintaan maaf apapun. Sudah kuputuskan untuk menghapusnya dari pertemananku dan dari ruang ingatanku.Â
Kita bahagia saja dengan versi kita masing-masing. Namun saat kalian mengingatku, aku harap Tuhan memberinya rasa sedih yang dalam yang melekat di hatinya.
Sebentar saja ... hanya untuk sebentar saja, rasakan itu dan pahami rasa sakitku.
Lalu setelah itu ... seperti kataku tadi,
Mari hidup bahagia dengan versi masing-masing.
--------------------------
Akibat dari bullying ini, korban selalu takut pergi ke sekolah, dia bahkan harus pergi ke psikiater selama sebulan. Semoga tidak akan ada lagi kejadian-kejadian serupa yang seperti itu.