IKLH Provinsi  = (30 % IKA) + (30 % IKU) + (40 % IKTL)
Dimana: IKLH Propinsi = Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Propinsi; IKA = Indeks Kualitas Air; IKU = Indeks Kualitas Udara; Â dan IKTL = Indeks Kualitas Tutupan Lahan.
IKTL = 0,23 ITH + 0,24 IPH + 0,30 IKT + 0,15 IKBA + 0,08 IKH
Dimana: ITH = Indeks Tutupan Hutan (ITH); TH = LTH / LWP dengan TH = Tutupan Hutan, LTH = Luas Tutupan Hutan, LWP = Luas Wilayah Propinsi; ITH = 100 – { ( 84,3 – (TH x 100)} 50/54,3.
IPH = Indeks Performance Hutan; IKT = Indeks Kondisi Tutupan Tanah; IKBA = Indeks Konservasi Badan Air; IHK = Indeks Kondisi Habitat. Â
Dari Tabel 6. Hasil Perhitungan IKA, IKU, IKTL Tahun 2017 tercatat Propinsi Kalbar. IKU = 89,12; IKA = 80,00; IKTL = 58,58; IKLH = 74,17, masuk peringkat 9 IKLH Indonesia.
Sesuai Tabel 8. Peringkat Nilai IKLH Nasional 2017, Propinsi Kalbar dengan IKLH = 74,17 masuk Nilai Baik angka 70 < IKLH < 80. (Referensi: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2017 – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI 2018)
- Berbagai Komentar Penyebab Banjir oleh para Akademis, Pejabat, dan LSM.
Henny Herawati staf Pengajar Univ. Tanjungpura (Ahad 7/11), mengatakan selain curah hujan yang tinggi, banjir di Kalimantan Barat juga disebabkan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta maraknya konversi tutupan lahan. Perubahan atau konversi lahan, menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), sehingga hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik. Henny menambahkan faktor lain yang menyebabkan banjir adalah terjadinya konversi tutupan lahan seiring bertambahnya jumlah penduduk yang memicu keinginan melakukan konversi lahan menjadi lahan budidaya.
Penyebab banjir di Kalimantan memicu banyak perdebatan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut penyebab banjir adalah intensitas hujan yang tinggi karena Indonesia sudah memasuki masa La Nina. Sejumlah akademisi dan LSM lingkungan mengungkapkan bahwa intensitas hujan bukan satu-satunya penyebab banjir. Mereka sepakat bahwa banjir juga dipicu oleh deforestasi dan krisis iklim.
Banjir di Sintang adalah satu dari lebih 40 bencana banjir yang terjadi di sejumlah tempat di Kalimantan Barat, data BPBD Kalimantan Barat sepanjang Januari hingga September 2021. Banjir melanda Kab. Sintang dan Kab. Melawi, setelah hujan ekstrem mengguyur sehingga debit air S. Kapuas dan S. Melawi meluap. Pihak BPBD dan BNPB menyebut, banjir juga dipengaruhi pasang laut yang terjadi pada bagian hilir, sehingga aliran sungai terhambat dan banjir bertahan hingga kini.
Kabupaten Sintang terendam banjir sudah lebih satu bulan terhitung sejak Kamis (21/10), akibatnya sebanyak 140.468 orang terdampak dan 35.117 unit rumah terendam banjir hingga ketinggian 3 meter. Mereka yang mengungsi berjumlah 7.545 KK atau 25.884 jiwa, tersebar di 32 pos pengungsian. Tak hanya itu, 2 orang juga dilaporkan meninggal dunia akibat banjir.