- Propinsi Kalimantan Barat, Wilayah Sungai (WS) / DAS, dan Karakter Sungai Kapuas.Â
Kalimantan Barat mempunyai luas 147.307 Km2 dan 12 Kabupaten & 2 Kota dengan jumlah penduduk 5.133.332 jiwa; secara geografis memiliki tipe lahan yang terbagi dua, yakni rawa datar pada wilayah Pontianak, Singkawang, Ketapang dan Sambas serta pengunungan pada wilayah Sintang, Sekadau, Kapuas Hulu, Bengkayang, Melawi dan Sanggau. Di Prop. Kalbar terdapat 5 WS: satu WS Strategis Nasional yaitu WS Kapuas, 3 WS Prop.: WS Sambas, WS Mempawah, WS Pawan; dan satu WS lintas propinsi Kalbar-Kalteng yaitu WS Jelai - Kendawangan kelimanya bermuara di Selat Karimata.
Wilayah Sungai (WS) Kapuas luas 10.361.551 Ha, dengan panjang S. Kapuas 1143 km, dibatasi sebelah utara Wilayah Negara Malaysia, sebelah timur WS Mahakam Kaltim, WS Barito Kalteng-Kalsel, WS Kahayan Kalteng, sebelah selatan WS Mentaya-Katingan Kalteng, WS Seruyan Kalteng, WS Jelai-Kendawangan Kalteng-Kalbar dan WS Pawan Kalbar, dan sebelah barat Selat Karimata, WS Mempawah Kalbar dan WS Sambas Kalbar. Wilayah Sungai Kapuas terdiri dari 9 DAS: 1 DAS besar Kapuas 10.028.404 Ha, 1 DAS sedang Peniti besar 53.896 Ha (Kab. Mempawah), 3 DAS sangat kecil bermuara di Selat Karimata (DAS Sekh, DAS Bun-Bun, DAS Gandawalan), dan 4 DAS pulau-pulau sangat kecil di S. Karimata (DAS Serutu, DAS Penebangan, DAS Kelelawar).
-Denah, Profil Memanjang dan Melintang Sungai, serta Debit Maksimum Tahunan.
Sungai Kapuas panjang 1143 Km sebagian berawal di pegunungan Schwaner dan Muller ketinggian + 550 M, bermuara di S. Karimata. Profil memanjang sungai Kapuas sangat landai, yaitu antra bagian hulu di kota Putussibau dengan di hilir Kota Pontianak, beda tinggi hanya lk. 32 M.  Beda tinggi antara muara ke Sintang (confluence S Kapuas dengan S. Melawi) hanya lk. 23 M dengan panjang sungai 673 Km, slope-nya = 0,000034. Beda tinggi antara Sintang ke muara S. Sentarum lk. 5 M, dengan jarak 173 Km  slope-nya = 0,000028. Beda tinggi antara muara Sentarum ke Putussibau hanya 4 M, dengan jarak 215 Km, slope-nya = 0,000018.
Penampang Melintang Sungai (PMS) Kapuas di 5 lokasi (dari hulu ke hilir) stasion AWLR (STA) yang pernah diukur Debit Sesaat. Berikut hasil Pengukuran Tahap 1, tg. 17 – 21 Juni 2020: di STA Putussibau  lebar sungai (LS) = 239,50 M, Kedalaman sungai (KS) = 4,63 M; Di STA Semintau LS = 357,2 M, KS = 9, 82 M. Di STA Sintang LS  = 262,9 M, KS = 16,99 M. Di STA Sekadau LS = 568,5 M, KS = 10,73 M. Di STA Tayan LS = 1400,31 M, KS = 6,31 M. (Tabel 4.6 Laporan Akhir Pengukuran Debit dan Laju Sedimen S. Kapuas Des 2020)
Debit Banjir Maksimum dan Minimum Tahunan yang ada tahun 2018 dan 2019, di 5 Lokasi / STA AWLR (Tabel 5.47 Â Dan Tabel 5.48, Â Laporan Akhir Pengkuran Debit dan Laju Sedimen S Kapuas Des. 2020):
(1)-Lokasi STA Putussibau: Tahun 2018 Debit Maksimum (DMak)/Bl = 2060 m3/d / D, Debit Minimum (DMin)/Bl = 1415 M3/d / A; Tahun 2019 DMak/Bl = 6322 M3/d / F, DMin/Bl = 208 M3/d / J. (2)-Lokasi STA Semintau Th. 2018 DMak/Bl = 3362 M3/d / D, DMin/Bl = 2443 / A; Th. 2019 DMak/Bl = 3032 M3/d / M, DMin/Bl =2811 M3/d / N. (3)-Lokasi STA Sintang Th. 2018 DMak/Bl = 3805 M3/d / D, DMin/Bl = 3424 M3/d / S; Th. 2019 DMak/Bl = 3839 M3/d / M, DMin/Bl =3611 M3/d / N. (4)-Lokasi STA Sekadau Th. 2018 DMak/Bl = 5381 M3/d / D, DMin/Bl = 4128 M3/d / S; Th. 2019 DMak/Bl = 5190 M3/d / D, DMin/Bl = 4344 M3/d / J. (5)-Lokasi STA Tayan Th. 2018 DMak/Bl = 5631 M3/d / D, DMin/Bl = 4602 / A; Th. 2019 DMak/Bl = 8202 M3/d / D, DMin/Bl =4163 M3/d / N.
-Perhitungan Debit Banjir Rancangan (m3/d) dengan metode Hidrograf satuan Sintetik Nakayasu, untuk DAS Kapuas: Q2 = 16.066 ; Q5 = 19.270 ; Q10 = 21.351 ; Q25 = 23.950 ; Q50 = 25.874 ; Q100 = 27.791 ; Q1000 = 34.303. (Tabel 5.21 Buku Rencana PSDA WS Kapuas 2018)
-Pendangkalan Dasar Sungai akibat Sedimentasi hasil Erosin DAS. Kondisi dasar Sungai Kapuas mengalami agradasi / pendangkalan sesuai Tabe 5.72 Perhitungan Bed Load dengan model matematis Meyr Piter Muller di lokasi STA: (1) Putussibau = 21, 93 mm/th.; (2) Semintau = 1,65 mm/th.; (3) Sintang = 4, 18 mm/th.; (4) Sekadau = 0,86 mm/th.; (5) Tayan = 0,59 mm/th. Tentunya di muara S. Kapuas akan lebih besar asumsi 5 kali dari di Tayan menjadi 3,0 mm/th, ditambah endapan dari sedimen layang 7.443,85 to n/hari asumsi 10 kali 3 mm/th. Menjadi pendangkalan di muara = 33 mm = 3,3 cm/th. Kalau diasumsi 20 ke 30 tahu berlangsung maka pendangkalan muara adalah berkisar 0,6 M ke 0, 9 M. Sedangkan di Putussibau kalau diasumsi berlangsung 20 tahun memberi pendangkalan 20 x 0,022 M = 0, 44 M.
-Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Propinsi Kalimantan Barat.
IKLH Provinsi  = (30 % IKA) + (30 % IKU) + (40 % IKTL)
Dimana: IKLH Propinsi = Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Propinsi; IKA = Indeks Kualitas Air; IKU = Indeks Kualitas Udara; Â dan IKTL = Indeks Kualitas Tutupan Lahan.
IKTL = 0,23 ITH + 0,24 IPH + 0,30 IKT + 0,15 IKBA + 0,08 IKH
Dimana: ITH = Indeks Tutupan Hutan (ITH); TH = LTH / LWP dengan TH = Tutupan Hutan, LTH = Luas Tutupan Hutan, LWP = Luas Wilayah Propinsi; ITH = 100 – { ( 84,3 – (TH x 100)} 50/54,3.
IPH = Indeks Performance Hutan; IKT = Indeks Kondisi Tutupan Tanah; IKBA = Indeks Konservasi Badan Air; IHK = Indeks Kondisi Habitat. Â
Dari Tabel 6. Hasil Perhitungan IKA, IKU, IKTL Tahun 2017 tercatat Propinsi Kalbar. IKU = 89,12; IKA = 80,00; IKTL = 58,58; IKLH = 74,17, masuk peringkat 9 IKLH Indonesia.
Sesuai Tabel 8. Peringkat Nilai IKLH Nasional 2017, Propinsi Kalbar dengan IKLH = 74,17 masuk Nilai Baik angka 70 < IKLH < 80. (Referensi: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2017 – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI 2018)
- Berbagai Komentar Penyebab Banjir oleh para Akademis, Pejabat, dan LSM.
Henny Herawati staf Pengajar Univ. Tanjungpura (Ahad 7/11), mengatakan selain curah hujan yang tinggi, banjir di Kalimantan Barat juga disebabkan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta maraknya konversi tutupan lahan. Perubahan atau konversi lahan, menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), sehingga hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik. Henny menambahkan faktor lain yang menyebabkan banjir adalah terjadinya konversi tutupan lahan seiring bertambahnya jumlah penduduk yang memicu keinginan melakukan konversi lahan menjadi lahan budidaya.
Penyebab banjir di Kalimantan memicu banyak perdebatan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut penyebab banjir adalah intensitas hujan yang tinggi karena Indonesia sudah memasuki masa La Nina. Sejumlah akademisi dan LSM lingkungan mengungkapkan bahwa intensitas hujan bukan satu-satunya penyebab banjir. Mereka sepakat bahwa banjir juga dipicu oleh deforestasi dan krisis iklim.
Banjir di Sintang adalah satu dari lebih 40 bencana banjir yang terjadi di sejumlah tempat di Kalimantan Barat, data BPBD Kalimantan Barat sepanjang Januari hingga September 2021. Banjir melanda Kab. Sintang dan Kab. Melawi, setelah hujan ekstrem mengguyur sehingga debit air S. Kapuas dan S. Melawi meluap. Pihak BPBD dan BNPB menyebut, banjir juga dipengaruhi pasang laut yang terjadi pada bagian hilir, sehingga aliran sungai terhambat dan banjir bertahan hingga kini.
Kabupaten Sintang terendam banjir sudah lebih satu bulan terhitung sejak Kamis (21/10), akibatnya sebanyak 140.468 orang terdampak dan 35.117 unit rumah terendam banjir hingga ketinggian 3 meter. Mereka yang mengungsi berjumlah 7.545 KK atau 25.884 jiwa, tersebar di 32 pos pengungsian. Tak hanya itu, 2 orang juga dilaporkan meninggal dunia akibat banjir.
Rangkaian bencana tersebut, menurut Direktur Eksekutif WALHI Kalbar, Nikodemus Ale, disebabkan oleh alih fungsi hutan yang masif dan berlebihan (overload). "Dalam rencana tata ruang Provinsi Kalbar, kawasan produksi hutan sebesar 6,4 juta hektare dari total wilayah 14,7 juta hektare, dan sisanya adalah kawasan non-produksi." "Tapi kenyataannya, luas kawasan investasi baik tambang, sawit, dan sektor kehutanan lain, sangat masif, lebih dari 12 juta hektare. Artinya, lahan eks hutan ini sudah overload, tidak mampu lagi menjamin keselamatan manusia dari ancaman bencana ekologis," kata Nikodemus.
Banyak hutan di era tahun 80 dan 90-an ditebang untuk kebutuhan industri kayu. Kayu-kayu tersebut diekspor ke luar negeri, karena waktu itu hutan dianggap sebagai komoditas ekonomi sehingga terjadi exploitasi besar-besaran. Akibat penebangan hutan secara massif ini mengakibatkan daya serap air menjadi jauh berkurang. Begitu air hujan turun dalam intensitas tinggi, langsung menuju sungai dan menyebabkan air meluap secara cepat, lalu membanjir pemukiman. Pohon-pohon yang ditebang di hutan, membuat daya serap air berkurang. Akibatnya, tanah yang ada di eks hutan terbawa ke sungai dan menjadi lumpur. Banyak sungai menjadi dangkal. Hal ini mempercepat laju air menghantam kawasan pemukiman.
Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengatakan, kerusakan DAS Kapuas yang telah mencapai 70% akibat pertambangan liar dan perkebunan telah memicu terjadinya bencana banjir. Data Balai Pengelola DAS dan Hutan Lindung Kapuas, mencatat lebih dari 1 (satu) juta Ha lahan kritis dari total 14 juta Ha luas DAS di Kalbar, dan mayoritas berada di DAS Kapuas.
Bupati Kapuas Hulu Fransiskus Diaan mengatakan banjir juga masih menggenangi beberapa desa di Kecamatan Semitau, Kapuas Hulu. Menurutnya, debit air terus naik akibat intensitas hujan yang tinggi beberapa hari lalu. Beberapa kecamatan terendam banjir seperti Silat Hilir, Semitau, Selimbau, Jongkong, Batang Lupar, dan sejumlah kecamatan pesisir Sungai Kapuas. Dampak bencana banjir di Kecamatan Semitau pada Nop. 2021, telah merendam 1.194 rumah warga dengan jumlah jiwa  terdampak sekitar lima ribu lebih, kata Fransiskus, Minggu (21/11).
Mengapa terjadi Banjir besar Sungai Kapuas hingga kota Sintang tergenang 1 bulan baru surut?, padahal Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Propinsi Kalbar besarnya 74,17 temasuk Peringkat baik (2017)! (Ref. IKLH Indonesia 2017 – KLHK 2018). Mungkinkah dalam 4 tahun (217-2021) telah terjadi konversi hutan besar-besaran, atau data KLHK waktu perhitungan IKLH th.2017 terutama terkait Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) berada di sisi positip alias kondisi DAS Kapuas masih relatif baik.
- Identifikasi Solusi Mitigasi Risiko Banjir Sungai Kapuas.
-Ada dua (2) Kelompok Metode Mitigasi Risiko Bencana Banjir (pengendalian banjir / daya rusak air). Yang pertama (1) Upaya Non Struktural; yaitu upaya menahan atau meretensi semaksimal mungkin hujan ekstrim tertentu yang turun / jatuh di lahan DAS dengan (a) kegiatan rehabilitasi hutan  (reboisasi & penghijauan = penanaman pohon) dan lahan (Gerhan / pemulihan DAS) untuk memperbesar resapan/ infiltrasi/perkolasi air ke dalam tanah; (b) penerapan prinsip perubahan debit nol (Zero Delta Q) untuk mengurangi debit banjir serta (c) Peramalan dan Peringatan Dini Banjir, Penanggulangan, dan Pemulihan dampak bencana banjir.
Yang kedua (2) Upaya Struktural Fisik; yaitu upaya mengatur agar sisa air hujan ekstrim yang menjadi limpasan / aliran permukaan (run-off), jelas alur perjalanannya mulai dari hulu elevasi tinggi tertentu membentuk alur kecil dan anak sungai, menjadi sungai, yang dapat ditahan dalam waduk dengan membangun bendungan, kemudian dengan sungai yang dinormalisasi – dikeruk atau dibuat tanggul, debit banjir (Q) yang mengalir ke hilir sebelum mencapai daerah yang sering kebanjiran dapat dikurangi dengan Kanal - Kanal Banjir untuk mengalihkan sebagian debit banjir (mis. 0,5 Q) ke sungai – sungai yang dekat atau lansung ke laut. Sisa debit banjir akan mengalir masuk dataran rendah / pesisir terus menuju muara masuk ke laut secara ‘gravitasi’ (atau ‘pompanisasi’) dengan aman tanpa membanjiri (menggenangi) daerah hilir.
-Pemahaman penting! Kenapa dulu dinamai Pengendalian Banjir, namun sekarang Pengurangan (mitigation) Risiko Banjir? Argumennya Banjir berkaitan langsung dengan Curah Hujan yang sifatnya alamiah dan serba mungkin (stochastic) tidak mungkin dikendalikan tetapi hanya dapat dikurangi (mitigation). Mengapa yang dimitigasi Risiko, karena Risiko adalah Probabilitas (Pb) atau kemungkinan terjadi banjir ‘besaran tertentu’ di suatu sungai; disebut juga Flood Risk Management (mengelola risiko banjir). Rumusnya Pb = 1 / T, dengan T = periode atau kala ulang, satuanya Tahun.  Terlihat Banjir tahunan = Q1 dengan T = 1 à Pb 1/1 = 1 pasti terjadi. Banjir 10 tahun Q10 dengan T = 10 à  Pb = 1/10 = 0,1, jelas Q10 > Q1. Banjir 25 tahun Q 25 à Pb = 1/25 = 0,04, jelas Q25 > Q10. Banjir 50  tahun Q50 à Pb = 1/50 = 0,02, jelas Q50 > Q25. Pemilihan Debit Banjir Rencana/Rancangan (DBR - Q10 atau Q20 atau Q50) yang akan diterapkan untuk suatu sungai terkait erat dengan Biaya Investasi untuk membangun Sarana fisik pengatur banjir. Makin besar DBR yang dipilih akan memberi keamanan Daerah hilir  (areal perkotaan, perumahan, pertanian atau industri) yang lebih baik, namun bisa saja biaya investasi akan jauh lebih besar dari manfaat pengamanan y  ang diperoleh, ini berarti tidak layak secara ekonomi.
Â
-Metode Konvensional Mitigasi Risiko Banjir Sungai Kapuas (referensi Rencana PSDA WS Kapuas 2018).Â
Berdasarkan analisis banjir 2015 diperoleh catatan lokasi, luas, dan lama surut genamgan banjir selama ini, diketahui luas genangan terbesar dan terparah pertama berada di Kabupaten Sintang dan Melawi 2074 Km2, kedalaman 0,3 – 1 M, lama surut 1 – 1,5 jam. Daerah Kab. Sintang paling sering terjadi banjir adalah kota Sintang pertemuan (confluence) S, Melawi dengan S. Kapuas. Kemudian terluas kedua Kabupaten Kapuas Hulu 2206 Km2 dengan kedalaman 0,3 – 0,5 M, lama surut 0,5 – 1 jam. Daerah Kapuas Hulu yang terkena banjir adalah lahan pertanian, daerah irigasi dan rawa. Genangan terdalam: Kab. Landak luas 403 Km2, kedalaman 0,5 – 2 M. lama surut 1-2 jam; Kab. Kubu Raya luas 618 Km2, kedalaman 0,5 – 2 M, lama surut 1-2 jam; Kab. Sanggau luas 159 Km2, kedalaman 0,5 – 2 M, lama surut 1-1,5 jam; Kab. Sekadau luas 543 Km2, kedalaman 0,5 – 1,5 M, lama surut 1 – 1,5 jam. Kemudian genangan terlama adalah di Kota Pontianank luas 107 Km2, kedalaman 0,2 – 0,5 M, lama surut 1-3 jam, terakhir Kab. Mempawah luas 66 Km2, kedalaman 0,3 – 1 M, lama surut 1-2 jam. (Tabel 4.38 Daerah Genangan Banjir WS Kapuas, Buku Rencana PSDA WS Kapuas 2018)
 Upaya Struktural Fisik konvensional, antara lai:
- Pembangunan tanggul dan perkuatan tebing S. Kapuas. Baru baru ini, Menteri PUPR mengitrodusir penggunaan  geobag untuk penanganan banjir jangka pendek di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (geobag adalah kantong geotekstil kekuatan tinggi yang diisi pasir yang tersedia dalam berbagai ukuran).
- Pembangunan tanggul dan revetmen di S. Melawi
- Pembangunan tanggul dan revetment di S. Belitang
- Pembangunan sarana/prasarana Pengendali Banjir di beberapa kabupaten.
- Pembangunan Bendungan Belimbing di S. Melawi, segera buat studi kelayakan.
- Pembangunan Bendungan Merakai di Kabupaten Sintang, segera lakukan studi kelayakan.
- (Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Matriks Rencana PSDA WS Kapuas – 2018)
Upaya non struktural
- Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan) sesuai skala perioritas DAS Kapuas Hulu untuk meningkatkan resapan / infiltrasi DAS Kapuas dengan melibatkan partisipasi  masyarakat dan dunia usaha. Pengawasan yang ketat dengan sangsi yang tegas terhadap penebang liar dan penambang tanpa izin (PETI).
- Penerapan prinsip Zero Delta Q (pertambahan debit nol) untuk perkantoran dan kapling perumahan dengan panen hujan dan tangki simpan air (untuk air baku). Terutama Perkebunan Sawit supaya diwajibkan membangun embung-embung, 1 buah per 2.000 Ha.
- Mempercepat dan menyempurnakan peralatan dan metode peramalan dan peringatan dini banjir,
- Menyempurnakan upaya penanggulangan dan pemulihan bencana banjir.
Â
- Kemungkinan Upaya Struktural non konvensional pengalihan banjir (flood way / flood diversion) dengan membangun Kanal Banjir (navigasi, air baku, PLTA) Â Antar Sungai. Â
-Mari kita amati Sungai Kapuas Tengah ke Hilir, mulai Sintang ke hilir Sekadau, Sangau, Pontianak dan Kab. Kubu Raya.
--Untuk mengamankan / melindungi Sekadau ke hilir, diusulkan membuat Kanal Banjir (lebar 200 a 300 M, kedalaman 8 m) dari S. Kapuas ke kiri masuk S. Sekadau seterusnya masuk DAS Â Pawan di WS Pawan (propinsi).
--Untuk mengamankan Pontianak dan Kab. Kubu Raya ada 2 alternatif Kanal Banjir: i. Kanal Bajir dari S Kapuas ke kiri di S. Melau masuk ke K. Linda di Kab. Kayong Utara; atau ii. Kanal Banjir dari S. Kapuas ke kiri masuk ke S. Kelabau lalu ke laut. Untuk mengamankan kota Pontianak hubungan antara S. Kapuas kanan ke Pontianak sebaiknya dikontrol dengan bangunan pengatur tetapi masih bisa navigasi.Â
-Kemudian mengamati Sungai Kapuas Tengah dari kota Sintang ke (a) S. Kapuas Hulu yaitu dari Sintang ke Putussibau. (b) Anak sungai Kapuas yaitu S, Melawi dari muaranya di Sintang ke Nanga Pinoh ke hulunya.Â
--Sungai Kapuas Hulu dari Sintang ke outlet Danau Sentarum terus sampai di  Putussibau; genangan banjir di daerah ini termasuk terluas  yaitu Kabupaten Kapuas Hulu 2206 Km2 dengan kedalaman 0,3 – 0,5 M, lama surut 0,5 – 1 jam.
---Untuk mengamankan genangan banjir di Putussibau (luas DAS lk 20.000 Km2) sekaligus mengurangi debit ke hilir / Sintang, S. Kapuas Hulu dialihkan ke kiri di Sungai Embau menjadi Kanal Banjir (lebar 400 M, kedalaman 8 M) menuju ke selatan masuk Kab. Sintang, kemudian masuk Kab. Melawi memotong  / bertemu S. Melawi di muara S. Ela hilir sekaligus  menampung debit banjir S. Melawi (luas DAS lk. 12.000 Km2) Kanal Banjir diperbesar (lebar 500 M, kedalaman 9 M, masuk ke S. Seruyan (WS Seruyan, Prop. Kalteng), terus ke S. Mentaya, ke S. Katingan (WS Mentaya - Katingan Prop. Kalteng). Kanal Banjir dari Barat mulai dari S. Kapuas ke S. Melawai (anak S. Kapuas) ke S. Seruyan, ke S. Mentaya ke S. Katingan, sebutlah Kanal Banjir dari Barat ke Timur akan bertemu dengan Kanal Banjir dari Timur ke Barat di S. Kahayan. Â
Kanal Banjir dari Timur dimulai dari S. Mahakam ke kanan (WS Mahakam, Prop Kaltim) lewat S. Kedangpahu ke arah barat ke S. Barito (WS Barito, Prop. Kalteng dan Prop. Kalsel) dari S. Barito ke S. Kapuas Prop Kalteng, kemudian ke S. Kahayan (WS Kahayan, Prop. Kalteng) terus dari S. Kahayan ke timur bertemu dengan Kanal Banjir dari Barat ke Timur di S. Katingan. Seluruh Kanal Banjir dari Barat dan dari Timur ini dapat disebut Kanal Serbaguna Kalimantan mempunyai elevasi muka air lk. + 35 M ke + 55 M; lebar  > 600 M akan bisa memberi layanan pengaturan banjir, penyediaan air baku di musim kemarau, pelayaran dan PLTA low head.
--Sungai Melawi dari muaranya di Sintang ke Nanga Pinoh terus ke hulunya; genangan banjir daerah ini masuk terparah dan luas berada di Kab. Sintang dan Kab. Melawi luas 2074 Km2, kedalaman 0,3 – 1 M, lama surut 1 – 1,5 jam.
---Dengan asumsi Kanal Banjir S. Kapuas, S. Embau, S. Ela Hilir, S. Seruyan, S. Mentaya sampai S. Katingan terbangun, maka sisa beban banjir Kota Sintang dan Kota Nanga Pinoh Kab. Melawi adalah bajir dari DAS Danau Sentarum, DAS Kenepai, DAS Ketungau, DAS Silat dan sisa DAS Melawi. Untuk melindungi Kota Sintang, Kota Nunga Pinoh dan banjir Kab. Sintang dan sisa banjir Kab. Melawi, maka S. Melawi dialihkan ke kiri di 2 tempat: i. lewat S. Belimbing, ke S. Kijang, terus ke S. Semadang & S. Semanai di WS Pawan; dan ii. S. Pinoi tembus ke S. Pawan di WS Pawan dengan menggunakan alur yang ada hanya memperbesar menjadi 300 M– 400 M, kedalaman 7 M, dan membalik arahnya.    Â
. Saran. Berdasarkan uraian di atas, sebagai penutup tulisan ini berikut disarankan dua hal: (i) Melakukan Penyusunan Master Plan dan Studi Kelayakan Konstruksi Kanal-kanal Banjir (serbaguna)  antar Sungai –sungai di Prop. Kalbar serta Pengerukan S. Kapuas, dan Hilir S. Melawi sebagai tahap segera;  (ii) Melakukan Studi Awal Kemungkinan Pembuatan Kanal Banjir (serbaguna) Kalimantan guna pengaturan Banjir, Penyediaan Air Baku, Navigasi, dan PLTA di Kalbar, di Kalteng, di Kaltim dan di Kalsel, sebagai Ikon Baru Indonesia masa depan. Semoga bermanfaat. SEKIAN.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI