Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesibukan Berganda Minggu Pagi

21 Maret 2021   09:23 Diperbarui: 21 Maret 2021   09:29 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            "Tapi nanti aku kan bekerja sebagai lawyer, Ma. penghasilanku tentu besar. Mengapa harus membayangkan hidup sederhana? Kalau gaji besar aku kan bisa berbagi rezeki. Laptop yang sudah ngadat harus saatnya diganti dengan keluaran terbaru,"jawabnya yang tengah berkuliah di Fakultas Hukum.

            "Aku pun nantinya jika sudah mendapat sertifikat guru profesional, gajinya lumayan besar deh, Ma,"sahut anak keduaku yang kuliah di Fakultas Kependidikan.

            "Ikutan saja, Kamu. Bantu Mama sana. Kelak jika guru digantikan robot, tahu rasa Kamu,"godanya kepada adiknya. Si adik pun tak mau kalah,

            "Nggak bisa. Guru kan mendidik selain mengajar. Pekerjaanmu kali yang digantikan robot,"sahut adiknya sengit.

            "Nggak bisa. Robot mana bisa berdebat seru,"sahut kakaknya.

            Aku mendengarkan percakapan mereka sambil teringat setumpuk cucian. Semula, akan kuhubungi loundry langganan untuk mengambilnya. Akan tetapi, kekesalan karena laptop yang tiba-tiba bermasalah ditambah ulah anak-anak yang menjengkelkan pagi ini, aku pun menuju cucian bertumpuk. Semuanya kumasukkan ke dalam mesin cuci, beres. Proses penjemuran dan penyeterikaan yang melelahkan dipikir belakangan. Jika ada tenaga, kukerjakan sendiri, jika tidak kuat, kuhubungi loundry.

            Begitu melihatku bersibuk di mesin cuci, tanpa kuminta, keduanya pun meletakkan gawai masing-masing. Mereka kemudian mengambil pakaian dari mesin cuci, berlanjut menjemurnya berdua diselingi perdebatan kecil.

            Rumah sudah sepi. Suamiku sejak pagi sudah berjalan-jalan. Setelah sarapan, ketiga anakku itu pun bersepeda. Matahari sudah mulai terasa hangat mneyentuh kulit menghalau sisa hujan lebat semalam.

            Aku sendirian di rumah, berkutat dengan laptop yang rewel pagi ini. Akhirnya, sambil menunggu loading file yang melambat, aku pun membersihkan rumah, membersihkan pula dedaunan kering dari tanaman di halaman belakang dan beberapa pot di sebelah carport.

            Akhirnya, masalah laptop yang memusingkan pun tidak terasakan karena aku menunggu proses sambil mengerjakan kesibukan rumah. Loading file yang melambat meskipun pernah dikeluhkan satu dua teman di kantor, tapi aku belum pernah mengalami gangguan seperti itu. Konon, loading file yang lambat pada file explorer merupakan masalah umum yang terjadi pada sistem operasi window. Hal itulah yang terjadi pagi ini, yang menimpaku juga akhirnya. Saat kubuka sebuah direktori folder, file yang di dalamnya mendadak lama sekali baru muncul.

            Ketika kulakukan pencarian dengan mengetikkan kata kunci pada kolom search pun memerlukan proses yang lama. Sebagai seseorang yang terbiasa hidup sederhana, anak guru tempo dulu yang menjadi guru pula, naluriku segera memintaku bersabar daripada meluapkan amarah. Maka, yang kulakukan kemudian adalah "nyambi". Sambil menunggu proses loading yang terasakan tidak kunjung selesai, aku pun mengerjakan pekerjaan rumah. Pekerjaan yang setiap Minggu pagi biasanya dilakukan orang lain. Aku membayar orang untuk itu. Itung-itung berbagi rezeki. Meskipun berniat demikian, sebelum era pandemi, hal itu sulit kudapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun