Uff...di luar dugaan, Salsa, isteriku itu menamparku, tapi tidak sempat tangannya menempel ke pipiku karena spontan kuraih lengannya.
"Jangan marah,"bisikku melerainya.
   Akan tetapi, rasa malu yang menghunjam karena Renata adalah temannya, tak pernah masuk dalam daftar pemaklumanku atas rasa cemburunya terhadap ulahku. Kebetulan Renata juga cantik menawan, ditambah dengan tantangan bahwa ia pun ingin membalas ulahku dengan cara mencoba bermesraan dengan kakak kelasnya itu, aku pun marah.
  Amarahku menggelegak seolah gunung api yang tengah meletus, sehingga yang terlontar dari mulutku adalah ibarat lahar panas yang meluluhlantakkan sawah ladang sekitarnya tanpa sisa,
"Mulai hari ini, Kamu kutalak tiga!!"
   Maka, habislah semuanya. Tak ada lagi yang harus disesali, tak ada lagi yang harus diulangi. Semua mendadak melenyap tak bersisa dan harus dilupakan secepatnya dalam tempo yang sesingkatnya pula. Kulihat ia menangis memeluk kedua anaknya. Air mataku pun meluncur dalam diam. Ingin aku berteriak, tapi tercekat di kerongkongan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H