"Selagi wajah dan tubuhmu masih bisa dimanfaatkan. Minimal difoto dipamerkan ke teman-temannya atau pipimu dicubiti. Kan lumayan bisa meluapkan gairah."
"Jika keduanya tidak ada? Uang nggak ada. Fisikku pun jelek dan cacat, misalnya?"
"Tanyai hatimu."
"Berarti yang mundur saat ada wanita lain itu lebih tuluskah?"
"Mama tidak tahu karena tidak kenal orangnya. Hanya saja, saat ada wanita lain apalagi wanita itu telah ada lebih dulu. Untuk apa bertahan? Selain cintamu terbagi, ia pun akan menyakiti hati wanita lain yang ada lebih dulu kan?"jawab mama,"Kecuali jika ia berupaya menyingkirkan wanita awal yang telah datang lebih dulu itu."
"Apa sih maunya Mama?" tanyaku akhirnya.
"Sejujurnya, setiap ibu selalu menemukan celah kekurangan pada diri wanita teman anak lelakinya. Bagi seorang ibu, tak ada yang setulus dirinya dalam menyayangi anaknya. Seorang ibu akan sangat cemas kelak anaknya dimanfaatkan."
Mama menghentikan ucapannya. Seiris mangga pun dinikmatinya menggunakan garpu.
"Tapi mama berusaha percaya. Hanya satu yang mama minta. Pilihlah wanita yang membuatmu ingin menjadi lebih baik. Bukan yang membiarkan Kamu seenaknya ingin menduakannya. Ingat, umur manusia tak ada yang tahu. Dalam perjalanan yang serba rahasia ini, selalu berupayalah menjadi orang baik-baik."
"Menurut Mama, cewek yang langsung mundur saat kukatakan ada wanita lain, itu lebih baik?"
"Lebih tulus. Minimal ia cintai dirinya dan wanita pendahulunya. Makanya ia tidak memberimu celah untuk maju dengan cara menghilang dari kehidupanmu. Temui dan katakan Kamu hanya mengujinya. Itu bukan fotomu."