"Akhirnya?Lucu atau manipulatif? Kamu seharusnya ia hargai privacymu, Nak."
"Akhirnya semua tahu kalau aku jadian sama dia."
"Itu bagimu bukan ulah cemburu?"
"Iya sih,"jawabku saat mama menatapku tajam,"Tapi, setidaknya ia nggak langsung meninggalkan aku saat ada wanita lain. ia malah bertekat bersaing."
"Wanita lain itu Kauposisikan sebagai orang pertama sebelum kenal dia atau orang kedua setelah kenal dia?"
"Tentu saja sebagai orang pertama."
Hmm...mama lama terdiam. Helaan napasnya terdengar sebagai hukuman bagiku. Hal yang membuat aku bertanya-tanya apa salahku?
"Berarti ia tahu ada wanita lain sebelum dirinya, tapi ia tak peduli? Malah ingin bersaing?"
"Tapi, Ma," kilahku, "Ia sangat pengertian. Ia sangat sabar. Setelah peristiwa pemasangan foto-fotoku untuk profilnya di media sosial menuai protesku, kini ia tidak lagi melakukannya. Kini bahkan ia tidak marah jika aku menggoda wanita-wanita lainnya. Hebat kan, Ma?"
Mama mengangguk. Anggukan yang membuatku senang sehingga aku memeluknya.
"Hebat. Ia sukses membuat anak mama berangan-angan menjadi kolektor cewek dengan sikap diamnya."