Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kata Ibu Vs Kata Hatiku

8 November 2020   11:54 Diperbarui: 8 November 2020   13:07 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cucu-cucuku menangis jika neneknya tampak tua,"sahut mama,"Apalagi si Derys itu. Begitu melihat rambutku tak beraturan, langsung menuju motornya,'Ayo Nek, ke salon. Jadi ilfil lihat nenek tampak nenek-nenek beneran.' Saat masih kecil ia selalu menangis melihat rambut kubiarkan memutih. Kini sudah SMP pun ia masih tidak rela neneknya tampak menua."

"Maklum cucu pertama,"sahutku mengenang keponakanku tertua, anak kakakku tertua pula.

"Nanti sore mereka semua ke sini,"kata papa.

"Menyambut kedatanganmu,"lanjut mama.

"Wah, jadinya istimewa ini,"jawabku sambil meneguk air jeruk lemon dingin.

****

Matahari sudah condong ke barat. Panas menyengat seperti yang kurasakan tadi siang sudah tidak seganas semula, walaupun bekasnya masih menghangat di tembok rumah. ibu menyirami tanaman anggreknya. Dulu, aku sering dimarahi  jika lalai menyiraminya. Kini, slang itu kuminta dari tangan ibu, kemudian kusirami semua tanaman kesayangan ibu.

"Kamu tumben menjadi rajin?"

"Kangen cerewetnya mama kali ya?" lanjut ibu menertawai ulahku. Aku pun tertawa. Ingin kesibukan itu terselesaikan, kemudian menumpahkan hal yang menyesak di dada, yang ingin kuceritakan hanya kepada ibu.

Maka, aku pun meminta ibu duduk di sebelahku di taman mungil rumah kami. Di sudut ada kursi-kursi yang selalu teduh dinaungi kerimbunan daun mangga gadung. Mangga yang terasakan lembut dan sangat manis bahkan ada rasa sedikit gurih jika masak di pohon. 

Di jalan banyak orang berjualan mangga tersebut, ditulisi pula "masak pohon". Aku semakin ingin segera tiba di rumah karena teringat kebiasaan ibu yang selalu mengupasnya untuk kami. Jika mangga sudah dikupas, baru kami berebut memakannya menggunakan garpu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun