Sebetulnya tidak sesimpel itu juga. Bagaimanapun, nasib baik maupun buruk tokoh harus terkesan logis dan umum, bukan hanya sesuai dengan selera pengarang.
Pengarang meminggirkan wanita cantik, tentu bukan karena iri. Selain kecantikan adalah anugerah, yang berarti semua manusia pada dasarnya indah, kecantikan pun tidak untuk disombongkan apalagi diberdayakan untuk memanfatkan orang lain.Â
Pada era masa kini setelah produk kecantikan dan sarana mempercantik berserak dan bisa dibeli oleh yang memiliki uang, menyorot tokoh yang masih mengandalkan kecantikan, tentu dapat dicari nilai-nilai yang akan disampaikan pengarang berkaitan dengan karakter tokoh tersebut.
Dalam novel Layar Terkembang juga dapat dicari alasan mengapa pengarang "mematikan" tokoh Maria, bukan? Maria dianggap jalan pikirannya tidak seirama dengan Yusuf.Â
Yusuf sebagai dokter kelak tentu sibuk, ditunjang dengan keinginannya untuk ikut serta memajukan bangsanya yang saat itu belum merdeka, tentu sangat sibuk. Maria, apa kesibukannya? Ia hanya senang berdandan, setelah itu ia akan melewatkan waktunya untuk merindukan Yusuf.
Waktu 24 jam sebetulnya sangat singkat jika Maria mau meniru kakaknya, Tuti, selain sibuk membereskan pekerjaan rumah, juga mengajar dan menulis.Â
Dalam kesendiriannya, ia tidak merasa kesepian, bahkan berani "memutuskan" pertunangan dengan Hambali yang dianggap jalan pikirannya tidak seirama dengannya. Tuti menganggap Hambali hanya memikirkan pekerjaan kemudian mengharap kapan menerima gaji.Â
Maria yang tidak setuju dengan jalan pikiran kakaknya semakin membantah ketika diingatkan agar mencari kesibukan.Ia membantah ketika diingatkan agar tidak menggunakan waktu luangnya untuk memikirkan Yusuf yang bisa jadi, sibuk bekerja.
Seseorang yang tengah bekerja kemudian diganggu dengan ditelepon-telepon walaupun menyatakan rindu, tentu terganggu apalagi jika dilakukan berkali-kali dalam sehari.Â
Selain menelepon juga stalking, memfollow semua media sosial pasangannya, lalu mencurigai sedang apa pasangannya? Jangan-jangan tengah bersama wanita lain? Prasangka yang akhirnya menjadikannya posesif. Semakin memfokuskan waktunya untuk mencurigai pasangannya. Ulah yang membuat pasangan merasa gerah dan merasa dibatasi gerak-geriknya.
Selain itu, bisa jadi semakin mengirimi dengan ungkapan-ungkapan betapa beruntung pasangannya memiliki perempuan seperti dirinya, yang mau menghamba kepadanya sampai mengabaikan pekerjaannya, padahal pekerjaannyalah  yang memberikan kemandirian.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!