"Ia secara rutin menerima kiriman foto kedekatan Kalian?"
      "Hah? Dekat bagaimana? Sebagai teman sekelompok, kami memang dekat."
      "Sering ke kantin berdua?"
      "Iya, Ma. Kalau lagi ingin makan dan kebetulan aku tidak bawa bekal."
      "Ade cerita masalahnya? Jangan-jangan ia menggiringmu untuk selingkuh dengannya?"
      "Mama, percayalah.Tentu tidak. Ia malah menghindari ajakan untuk selingkuh, mengapa malah menggiringku selingkuh?"
      "Barangkali. Kan ia lagi jauh dari isterinya, sedangkan gadis lulusan S1 itu juga jauh darinya. Wanita paling dekat dengannya saat ini kan Kamu. Tania, Kamu harus waspada."
      "Mama. Ade tidak begitu orangnya. Ia lelaki yang setia pada isteri."
      "Tapi isterinya kan jauh dan yang paling dekat dengannya saat ini kan Kamu."
      "Engak juga Ma. Di kantornya juga banyak teman wanita, Ma. Malah lebih banyak wanitanya daripada lelakinya. Walaupun mereka sibuk di bidang teknologi informasi. Tapi cewek-ceweknya cantik-cantik Ma."
      Ibu Boy sedikit tenang mendengar jawaban Tania. Walaupun demikian ia berpesan agar mereka tidak terlalu dekat karena ada orang yang memata-matai. Sosok yang belum jelas mata-mata itu musuh siapa dan bekerja untuk siapa? Semuanya masih serba gelap baginya.