Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dalam Selubung Kabut (25)

8 Agustus 2020   06:33 Diperbarui: 8 Agustus 2020   07:26 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/pakcah/

                "Tapi setidaknya tidak memberi saran agar Kamu bertahan pada Randy dengan dalih Tuhan menitipkan dia kepadamu, sebelum ia sanggup membuktikan bisa bertahan pada satu orang lelaki. Kini ia sedang dalam proses mencari lelaki kesembilan. Tapi menyuruhmu bertahan pada Randy."

                "Yakh...anggap saja ia nggak tega aku bernasib serupa dirinya."

                "Tapi ia memang asal saja. ia sangat egois menurutku," keluh Rani masih kesal.

                "Egois bagaimana misalnya?" Lala jadi kepo juga akhirnya

                "Bukan hal yang rahasia bahwa kaum wanita seperti kita ini. Sejak remaja jika kita pergi dan makan bersama, kita kan tanpa malu-malu menarik dana patungan," kata Rani tertawa yang disambut tawa pula oleh Lala,

                "Betul," jawab Lala,"Kecuali jika ada teman yang sedang ingin nraktir. Seperti bulan lalu kita diajak Mira vakansi menyewa dua home stay saat merayakan ulang tahun pernikahan mereka pada angka spesial mereka berdua. Satu rumah untuk keluarganya dan rumah berikutnya untuk teman-temannya."

                "Kalau teman-teman lelaki sih, saat mengajak teman-temannya berkumpul untuk reuni, mereka menyewa home stay rumah A untuk teman-teman perempuan, rumah B untuk teman-teman lelaki. Kita bertemu di hall untuk rapat atau menyanyi. Pada umumnya kita kaum perempuan diundang gitu aja, nggak diminta patungan. Yang mendanai mereka. Saat kutanya,"Kalian sudah izin isterimu? Dijawab, izin pergi sudah. Tapi ini uang lelaki, bukan uang belanja isteri,"lanjut Rani sambil menoleh ke arah Ira yang masih duduk menjauh menikmati kopi yang baru diseduhnya.

                "Ira mana mau tahu jika teman-teman wanita saat pergi bersama tidak seperti itu. Kita ini walaupun pekerja, nggak kenal uang perempuan. Semua uang juga untuk keperluan pribadi dan keluarga. Maka, saat pergi bersama-sama begini, kita patungan."

                "Memang Ira nggak pernah mau ikut patungan?"

                "Ia nggak pernah nanya, patungan nggak? Ia ikut gitu saja, Kita nggak tega memintanya,"Rani menghela napas,

                "Bukan Kami itung-itungan. Namanya juga teman. Biar sajalah asalkan masih ada tempat di mobil dan di kamar hotel, nggak apa. Tapi, lama kelamaan, Kami merasa bahwa dendamnya kepada kaum lelaki yang memorotnya itu, dilampiaskan kepada kami, teman-teman perempuannya. Itu yang membuat kami kesal banget. Kesal bercampur iba."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun