"Karena Kamu selalu ganti dengan lelaki yang baru lagi. Baru dan selalu baru. Padahal belum tentu Lala begitu itu."
        "Mungkin ia cemas aku cari lelaki yang baru lagi, padahal enggak,"jawab Lala mencoba menengahi. Ia ngeri jika keduanya bertengkar. Sementara itu, Ira beranjak untuk mengambil air minum.
        "Duh, Kalian sudah berteman sejak SMA. Memang selalu begitu gaya komunikasi Kalian?"
Lala memperhatikan ekspresi Rani yang masih kesal,
        "Memang. Hal itu bukan masalah bagi dia. Kami seringkali berdebat karena ia sulit diingatkan."
        "Memang ia ganti pacar berapa kali sejak bercerai dari suami pertamanya?"
        "Mungkin delapan kali, seperti yang dikatakan tadi. Kehilangan motor delapan. Hehehe," Rani kemudian meneruskan ucapannya,
        "Yang menjengkelkan dari dia, ia menyudutkanmu, mengatakan bahwa barangkali Randy dititipkan Tuhan kepadamu agar menjadi lelaki baik-baik. Sementara itu, ia tak sanggup bertahan pada satu orang lelaki. Ada sedikit benturan, ia sudah lari cari yang baru dan selalu baru. Yang terbaru malah kenalanku."
        "Ia menyabot darimu?"
        "Enggak. Sejak suamiku meninggal, aku sudah nggak terpikir untuk menikah lagi. Aku hanya mencari hiburan dengan berkumpul teman-teman seperti saat ini, biar nggak depresi saja."
        "Mungkin ia cemas aku akan meniru jejaknya."