Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dalam Selubung Kabut (20)

29 Juli 2020   07:08 Diperbarui: 29 Juli 2020   07:21 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Walah, segera menikah pun orang kasak-kusuk, kepoin pekerjaan suami kita kelak. Kerja di mana suaminya? Ow...belum bekerja juga ya? Kok berani-beraninya menikah? Pusing!"

"Gak usahlah dihiraukan. Mereka memang terlahir sebagai penguji kita. Bukan dosen penguji skripsi saja yang bikin kepala nyut-nyutan cemas ditanyai. Orang-orang yang kepoin kita tanya-tanya sudah menikah belum? Suami kerja di mana? Itu juga penguji abadi malah. Hehehe."

"Kalau sudah menikah, masih kepo juga, nanya-nanya kapan punya anak. Giliran punya anak, orangnya itu-itu juga, tentu akan melakukan mom shaming, body shaming. Tapi kalau nggak ada ujian, kapan kita lulus lalu mendapat gelar dewasa?"

"Menjadi tua secara kronologis memang bersifat alami, gak bisa dihentikan itu. Tapi tua secara biologis itu pilihan. Mau makan sesukanya, mau diet, mau operasi plastik dan tanam benang agar tetap muda dan cantik, semua tinggal niat dan duit," sahut seorang gadis yang rambutnya disisir semua ke belakang, kemudian dikuncir semacam ekor kuda. Tampak lucu dan imut,"Menjadi dewasa harus mengalami ujianlah," lanjutnya sambil mengembalikan letak tas agar kembali menempel di punggungnya.

Kejadiannya pun mirip di film-film, tatkala buku gadis tersebut terjatuh, Ade pun secara refleks mengambilkannya. Saat itulah terlihat logo tempat kerjanya yang tertulis kecil di jaket yang dikenakannya. Oleh karena gadis tersebut duduk terpisah dengan teman-temannya dan berada di depannya, ia pun berbasa-basi menawari daftar menu yang berada di depannya.

Entah mengapa, kilasan kekesalan kepada isterinya yang tidak bisa menemaninya dengan alasan tidak bisa minta izin meninggalkan rapat, kembali menggodanya. Kekesalan yang menyulut keisengannya untuk saling berteman dengan gadis tersebut. Tanpa banyak bertanya seolah yakin bahwa Ade masih lajang seperti dirinya, si gadis pun menjadi rajin menghubunginya.

Kebiasaan yang menyenangkannya manakala pulang kerja ada teman ngobrol di media sosial. Ulah yang membuatnya terkejut ketika si gadis tersebut semakin berani menghubunginya setelah ia tidak lagi berada di tempat kos, telah kembali ke kampung halamannya untuk menunggu panggilan dari lamaran-lamaran pekerjaan yang tengah dicarinya.

Ia pun menangkap gelagat yang akan membawanya ke masalah berkepanjangan, kendati senang menikmati wajah imut si gadis. Hal di luar dugaan yang diperolehnya ketika si gadis mendengar pengakuannya bahwa ia telah beristeri. Bukan menghindarinya yang dilakukannya tapi seolah tak peduli.

"Efek perundungan kali ya? Semacam bullying yang dilegalkan kali ya?" jawab Tania sekenanya mendengar cerita Ade,"Kasihan juga lho. Berat bebannya manakala pulang ke kampung halaman tanpa segera memperoleh pekerjaan, belum memiliki calon suami pula, padahal cantik. Duh, aku nggak bisa membayangkan deh resahnya."

"Semua juga resah. Memang hanya dirinya yang merasa dibully dengan pertanyaan-pertanyaan seputar lajangnya?"

"Tapi ia kan cantik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun