Rumah makan itu terletak agak masuk ke sebuah gang menuju persawahan. Semilir angin sawah segera menerpa begitu keduanya memasuki tempat itu. Ada beberapa gubuk dari bambu yang didesain untuk tempat lesehan. Ada tangga untuk menaikinya dan di samping tangga ada tempat untuk mencuci tangan lengkap dengan sabunnya.
Keduanya pun melepas sepatu kemudian duduk membuka-buka menu.
"Kamu ingin makan apa Boy?"
Boy belum menjawab, masih membuka-buka daftar menu ketika pak Wira berkata,
"Temani aku makan kare kepiting ya Boy. Kepiting yang ada telurnya."
"Terserah Oom sajalah. Jam segini sedang lapar-laparnya. Makan apa saja terasa enak."
"Memang. Lauk paling enak adalah lapar," jawabnya sambil meneguk air jeruk hangat pesanannya yang telah terhidang.
"Sambil menunggu hidangan Boy. Kita lanjutkan percakapan tentang selera kita kepada wanita," kata pak Wira sambil menutup buku menu yang semula masih dibuka-buka dan dipegangnya.
"Heran juga sih Oom. Adakalanya kita tertarik pada wanita yang bagi sesama wanita dianggap tidak cantik."
"Ada orang yang tertarik pada wanita karena saat si wanita berbicara, bahunya selalu bergerak-gerak. Seksi kata si pria, lalu diburunya."
"Ada juga yang tertarik karena wanita itu bisa membuka tutup botol dengan giginya. Hehe. Seksi juga kali kesannya ya Oom."