Mohon tunggu...
NaBe
NaBe Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sedang doyan berfikir aneh

Berkhayal indah memang enak dan jadi pemenang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rupiah adalah Nafasku

24 Mei 2024   10:57 Diperbarui: 24 Mei 2024   11:29 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Di suatu warung kopi pinggir jalan ada seorang pelayan warung dan pembelinya.

     Keduanya pria berumur sekitar empat puluh tahun.

     "Brak!" Mendadak terdengar suara benturan keras.

     Dengan reaksi cepat penjual kopi memutar tubuh  tambunnya menghadap pelanggannya.

     "Ada apa bro?" tanya si penjual ramah.

     Pembeli yang sudah di kenal lama oleh pemilik warung itu menjawab dengan nada sedikit kesal.

     "Kacau nih. Beban hidup di negara ini semakin berat. "

     "Kenapa?" tanya penjual bernada pelan.

     "Biaya kuliah semakin mahal, ongkos beli sembako semakin tinggi. Terasa banget tambah susah hidup enak."

     "Padahal suatu negara di pimpin oleh kumpulan orang pintar tapi kenapa banyak negara terpuruk ekonomi dan politiknya."

     "Itulah hal yang buat bingung saya, kenapa bisa terjadi bro" sahut pembeli.

     "Orang-orang di pemerintahan pasti punya ilmu mengatur negara dengan bijaksana dan bisa membuat banyak rakyatnya hidup sejahtera."

     "Apakah dengan cara menaikkan harga iuran kampus akan pasti melahirkan kaum penyelamat bangsa yang jempolan?"

     "Mungkin ada alasan lain yang masuk akal sebagai cara untuk  menghalalkan rencana?"

     "Entahlah tapi saat ini timbul rasa nggak enak  yang di dengar dari tongkrongan."

     "Apa kata mereka?" tanya penjual dengan muka serius.

     "Ada rasa gelisah tentang masa depan yang semakin gelap. Masa depan walau yang seharusnya cerah,  tapi karena ada kebijakan baru  membuat bingung." jawab pembeli ketus.

     "Seharusnya ada regenerasi untuk menciptakan sang penyelamat kebijakan publik yang membuat rakyat hidup bahagia."

     "Tapi apakah sang penyelamat akan ada jika pembuat kebijakan publik justru menggugurkan kandungan dari hasil perbuatan sendiri?" tanya penjual bermuka sinis.

     "Semua proses menggunakan syarat agar niat baik bisa sampai tujuan,"kata penjual dengan wajah tegas.

     "Apa syarat itu? beratkah rasanya syarat itu bro?" pembeli merasa penasaran.

     "Syarat ini sangat penting yaitu uang."

     "Ah yang benar bro? Kita nggak bagus mendewakan uang, karena bisa bertingkah sesat," pembeli tidak setuju dengan ucapan penjual yang berkata tegas.

     " Inilah masalahnya. Orang tua kita tidak melek uang. Jadi hanya tahu pentingnya uang hanya sebatas isi perut saja," muka pembeli terlihat cerah.

     "Padahal fungsi uang sangat banyak. Uang bisa beli apapun yang kita mau. Dan uang ini jadi syarat utama untuk sampai garis finis. Gitu bro," kata penjual dengan nada humor.

     "Mulai saat ini sadarlah bahwa uang adalah nafas yang harus selalu ada di luar dan di dalam tubuh supaya tetap bisa hidup enak."

      "Karena apa tuh bro? " Pembeli bersemangat mencari jawaban.

     "Dengan punya uang banyak maka pasti ada jalan keluar yang terbaik. Dan jangan percaya dengan juru selamat berdasi yang kantornya mewah karena mereka sendiri masih sangat perlu uang banyak agar hidupnya bahagia."

     "Kenapa bro?" pembeli merasa heran.

     "Bagaimana bisa mereka buat selamat kita jika mereka sendiri tidak selamat. Benar ya?"

     Pembeli menganggukkan kepala tanda mengerti .

     "Dalam keadaan seperti ini jalan keluar terbaik adalah berdoa agar nasib rakyat seperti kita tidak terus hidup menderita dan segera berubah dari hidup sedih menjadi hidup bahagia."

     "Tapi saya bosan hidup bersabar," suara pembeli melemah.

     "Saya juga begitu tapi tidak ada cara lain. Tapi kan hidup ini penuh pilihan. Kita mau hidup lebih baik atau bertambah hancur?"

     " Terus bagaimana?" Pembeli terlihat pasrah mendengar pertanyaan yang terasa sulit di jawab.

     "Ada dua kurir motor. Yang satu tidak kenal jalan terus yang kedua kurir yang tahu jalan."

     "Nah biar tahu jalan ada caranya seperti pernah dan sering lewat jalan itu, yang kedua harus ada petunjuk seperti peta kertas atau peta online supaya kiriman sampai ke tujuan."

     "Artinya kita sebagai rakyat jangan pernah bosan untuk belajar walaupun tempat belajarnya tidak ada dinding dan atap teduh."

     "Tapi bro, biaya pendidikan sangat mahal," pembeli protes dengan usulan penjual.

     " Bro, cahaya nggak ada hanya siang hari tapi malam pun ada."

     " Obrolan kita juga bisa jadi ilmu pengetahuan," penjual tersenyum.

     "Saya percaya pasti ada pendidikan murah dan penuh bea siswa. Jika di negara ini tidak ada, coba sekarang kuliah di luar negeri, semoga bermanfaat."

     " Semoga saja sang pencipta takdir memberikan jalan keluar terbaik untuk rakyat miskin seperti kita ya bro."

     "Semoga di kabulkan."

      Sang penjual menerima uang dari pelanggannya yang siap berangkat pulang.

     Semoga doa rakyat miskin terkabulkan oleh sang pencipta takdir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun