Yos mulai menghubungi pemimpin KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau.
"Saya Kapten Yos, ingin memberitahukan bahwa mesin kapal kami mati. Saya sudah mencoba semua cara namun mesin tetap tidak bergerak sesuai fungsinya,"
"...maka dengan ini saya memutuskan akan menjadikan kapal yang saya pimpin untuk memasang badan agar dijadikan umpan sementara kalian menyelamatkan diri. Saya dan tim sudah berusaha semaksimal mungkin. Terimakasih sebelumnya" Lanjut Yos.
Pemimpin KRI lainnya tentu kaget mendengar kabar yang tiba-tiba ini. Dengan segera mereka menjawab,
"Laporan diterima, Kapten."
Dua kapal Republik bergerak menyelamatkan diri. Mereka sudah menerima akan kemungkinan terburuk yang akan terjadi, menerima dengan lapang dada. Yos jelas tahu bahwa kemungkinan terburuk seperti ini jelas akan terjadi---kapanpun. Tapi Yos tidak tahu bahwa ia akan mengalami ini dengan sangat cepat. Terlampau cepat.
Sampai ditengah keheningan ada seorang anggota yang berkata,
"Kapten, sepertinya Belanda siap meluncurkan penyerangan"
"Semua bersiap, kita harus menghadapi kemungkinan terburuk. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan sekarang waktunya kita berserah diri kepada Tuhan." Kalimat terakhir dari Yos.
Setelah mengucapkan itu, KRI Macan Tutul pun tertembak oleh Belanda. Tembakan yang dilayangkan kapal Belanda mengenai kamar penyimpanan mesin KRI Macan Tutul. Kapal meledak dan secara perlahan mulai tenggelam. Yos terkubur di lautan lepas bersama 24 awaknya, dan Komodor Yos adalah seseorang yang mengorbankan nyawanya demi tugas kepentingan negara yang wafat pada usia yang masih muda, 36 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H