Mohon tunggu...
Nandeka Meisya
Nandeka Meisya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 6

Tugas Bahasa Indonesia dan Sejarah Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Novel Sejarah Laksamana Madya TNI Yos Sudarso

17 November 2021   08:43 Diperbarui: 17 November 2021   08:50 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Kapten, kapal lawan memiliki persenjataan yang lebih banyak, bagaimana kita bisa melawan mereka?"

 Tanya salah satu anggotanya dengan raut muka khawatir. Yos berusaha tetap tenang walau gelisah. Sebagai kapten, dia harus bisa mengatur semua agar tetap berada dalam kendali. Yos menjawab, "Kita yakin saja kalau kita bisa mengalahkan mereka, kita berusaha semaksimal mungkin, untuk sekarang... jauhkan pikiran kalian semua dari pemikiran buruk. Kita fokus ke depan, fokus pada tujuan kita. Jangan lengah---jangan menyerah" Nasihat Yos.


Padahal Yos pikir ini sudah menyiapkan persenjataan dengan sebaik, selengkap, dan semaksimal mungkin. Tapi ia salah.
Yos sadar akan kekurangannya dalam perlengkapan tempur, ia berpikir bagaimana agar mereka semua bisa mengalahkan Kapal Belanda, untuk sesaat Yos termenung dan berpikir lalu akhirnya Yos mengambil keputusan. Ia berkata,
"Untuk sekarang, saya akan perintahkan untuk ketiga Kapal Republik agak putar balik dan mundur sementara,"
"Ini bukan berarti kita mengalah ataupun menyerah. Saya kira ini langkah yang terbaik."
"Tapi, kapten, bagaimana jika tindakan kita ini semakin memperburuk keadaan?" Tanya salah satu anggota.
"Kita berharap yang terbaik saja, saya harap ini adalah tindakan yang tepat." Final Yos.

Seluruh awak kapal akhirnya menyetujui keputusan Yos dan mereka memutuskan untuk putar balik. Namun kabar buruk, Kapal Belanda mengira tindakan ini merupakan sebuah manuver atau kelicikan untuk menyerang dengan melepas tembakan.

Ditengah upaya penyelamatan, sesuatu yang buruk terjadi. Salah satu awak kapal berucap,

"Kapten, mesinnya mati!" Ucapnya sambil panik.

Yos memastikan dan benar saja kalau mesin kapal mati.

"Cari cara lain agar mesinnya kembali berjalan!" Perintah Yos.

Semua orang di dalam kapal sibuk, tak terkendali. Semua berlalu lalang di dalam kapal mencari cara dan solusi. Detak jantung yang berisik, darah yang mengalir dengan begitu cepat dan keringat yang terus bercucuran. Panik, khawatir, takut, semua menjadi satu. Yos pun sama, ia sama panik, khawatir, dan takut seperti yang lain. Tapi Yos tidak boleh menunjukkan pada anggotanya. Jika Yos terlihat takut, bagaimana dengan mereka?

Yos sibuk mengutak-atik mesin. Cara ini, salah. Cara itu, salah. Dari cara a sampai z sudah ia lakukan namun tidak ada hasilnya. Semua orang kalang kabut.  Mesin tetap mati total---kapal tidak dapat beroperasi. Ia memerintahkan semuanya agar tetap tenang dan tidak terlalu banyak bergerak karena dikhawatirkan kapal akan tenggelam.
Yos pun berpikir keras karena harus ada kapal Republik yang selamat, harus ada.

Keadaan semakin genting,  Komodor Yos Sudarso segera mengambil alih pimpinan KRI Macan Tutul. KRI Macan Tutul yang dipimpinnya kemudian memasang badan untuk menjadi umpan, memberi peluang kepada KRI Republik lainnya untuk menyelamatkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun