Mohon tunggu...
Nanda Maulana Azkari
Nanda Maulana Azkari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Dakwah Komunikasi Progam Studi Pengembangan Mayarakat Islam

suka diskusi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anjuran Menuntut Ilmu

1 November 2024   22:14 Diperbarui: 1 November 2024   22:49 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ilmu pengetahuan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan ilmu, seseorang dapat memberikan manfaat bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Ilmu pengetahuan berfungsi sebagai pedoman yang mengarahkan kita menuju jalan yang benar, membantu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta menerangi hidup manusia agar tidak tersesat.

Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, memahami kewajibannya sebagai makhluk yang bertakwa, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Allah SWT akan mengangkat derajat mereka di dunia dan akhirat.

Tanpa ilmu, manusia tidak dapat hidup dengan lebih baik. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mencari ilmu yang bermanfaat. Kewajiban menuntut ilmu sudah ditegaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits. Belajar adalah kewajiban setiap individu untuk meningkatkan potensi diri dan menambah wawasan. Sebagai umat Muslim, kita harus memperhatikan pentingnya belajar, karena keutamaan para penuntut ilmu sangat dihargai dalam Islam.

Allah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu, seperti yang tertera dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan yang memiliki ilmu beberapa derajat lebih tinggi dibandingkan yang tidak.

Hadits Nabi Muhammad SAW juga menegaskan keutamaan menuntut ilmu. Salah satunya menyatakan bahwa barang siapa yang mencari ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga. Ini menjadi bukti bahwa umat Islam memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu, dan Allah menjanjikan pengangkatan derajat bagi mereka yang berusaha mencari ilmu.

Ilmu adalah hal yang harus dicari sepanjang hidup, mulai dari lahir hingga akhir hayat. Dengan ilmu, segala aktivitas sehari-hari menjadi lebih berarti, dan kita akan mendapatkan ganjaran dari Allah. Maka, peranan ilmu sangat penting dalam kehidupan, dan kita sebaiknya terus belajar dari orang-orang yang berilmu.

Nabi Muhammad SAW juga menekankan bahwa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, ilmu adalah kuncinya. Berbagai hadits menyoroti keutamaan menuntut ilmu, antara lain:

  1. Dimudahkan Jalan ke Surga: Allah memudahkan jalan ke surga bagi mereka yang mencari ilmu.
  2. Ditinggikan Derajatnya: Derajat orang yang berilmu akan lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak berilmu.
  3. Dicintai Nabi: Nabi Muhammad SAW mendoakan orang yang mendengarkan dan menyebarkan ilmu.
  4. Orang yang Paling Utama: Orang yang belajar dan mengajarkan Al-Quran adalah yang paling utama.
  5. Dimintakan Ampun Seisi Bumi: Seorang alim akan mendapatkan ampunan dari makhluk di langit dan bumi.
  6. Bahagia Dunia dan Akhirat: Menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat harus melalui ilmu.

Ilmu adalah kunci dari segala kebaikan dan syarat untuk menjalankan perintah Allah. Kebutuhan manusia akan ilmu jauh lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan pada makanan dan minuman, karena ilmu berperan penting dalam urusan agama dan dunia.

Pandangan Umum tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan diartikan sebagai proses yang mengubah sikap dan perilaku individu atau kelompok untuk mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Depdiknas, 2011). Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha yang terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi diri secara aktif dalam aspek spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang baik, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh individu, masyarakat, bangsa, dan negara (Anonim, 2012).

Menuntut ilmu merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia; tanpa ilmu, manusia tidak akan bisa berkembang. Proses ini juga menjadi awal untuk meningkatkan kesadaran dalam bersikap (Ramly, 2005). Driyakara dalam bukunya yang membahas tentang pendidikan yang memberdayakan dan mencerdaskan menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah proses yang membimbing generasi muda agar menjadi lebih dewasa dan lebih manusiawi.

Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis, diperoleh melalui metode penelitian, mencakup perilaku sosial, budaya, serta fenomena alam yang dapat diukur dan diamati (Sarjuni, 2018). Karl Pearson menyebutkan dalam bukunya Grammar of Science bahwa ilmu pengetahuan adalah gambaran yang lengkap dan konsisten mengenai fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana. Oleh karena itu, menuntut ilmu adalah proses menuju hal-hal positif.

Dalam Islam, pendidikan dipahami sebagai transformasi ilmu yang bertujuan untuk menciptakan individu yang beriman dan bertaqwa. Proses belajar mengajar dalam Islam dikenal sebagai at-Ta’lim, yang mengajarkan ilmu pengetahuan agama untuk menghasilkan pemahaman yang baik pada peserta didik, sehingga melahirkan sikap positif seperti keikhlasan, percaya diri, ketaatan, kemampuan berkorban, dan keteguhan pendirian (Susanto, 2009).

Hamka membagi pendidikan menjadi dua jenis: pendidikan jasmani, yang berkaitan dengan pertumbuhan dan kesempurnaan fisik serta kekuatan jiwa dan akal; dan pendidikan rohani, yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan manusia melalui pengalaman dan ilmu yang didasarkan pada agama. Kedua unsur ini saling mendukung dalam perkembangan ilmu pengetahuan, karena pendidikan adalah sarana yang efektif untuk mengembangkan kedua aspek tersebut (Susanto, 2009).

 Pentingnya Menuntut Ilmu Menurut Hamka

Hamka, dalam karyanya yang dikutip oleh Susanto dalam buku *Pemikiran Pendidikan Islam*, menekankan bahwa menuntut ilmu tidak hanya bertujuan untuk mencapai kehidupan yang baik. Dengan pengetahuan, manusia dapat mengenal Tuhan, memperbaiki akhlak, dan berusaha mendapatkan ridho Allah. Melalui pendidikan seperti ini, individu akan merasakan ketenangan.

Dalam pandangan Islam, menuntut ilmu bukan hanya sekadar anjuran, tetapi merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Al-Qur'an dan Hadis banyak membahas pentingnya menguasai ilmu dan segala hal yang terkait dengan kewajiban tersebut. Salah satu hal yang membedakan Islam dari agama lain adalah penekanan yang besar terhadap ilmu. Al-Qur'an dan Hadis mendorong umat Islam untuk selalu mencari pengetahuan. Ilmu dianggap sebagai keistimewaan yang membuat manusia lebih unggul dibandingkan makhluk lain dalam menjalankan peran sebagai khalifah. Keduanya menegaskan bahwa umat Islam yang berilmu memiliki kedudukan yang lebih tinggi (Ulum, 2007).

Imam al-Ghazali berpendapat bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Setiap individu diharuskan untuk menuntut ilmu sesuai dengan bakat, kemampuan, dan situasi mereka. Ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah tanggung jawab setiap Muslim dan Muslimah tanpa memandang gender, yang dikuatkan oleh dalil dari Al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW (Ali, 2010).

 Hadis tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Hadis yang menjelaskan kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam riwayat Ibnu Majah No. 224, dari Anas bin Malik ra, yang disahihkan oleh al-Albani dalam *Shahih al-Jaami ash-Shaghir* No. 3913. Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim" (al-Qazwani, 2000). Kewajiban ini berlaku untuk semua Muslim, baik pria maupun wanita. Ketika Allah menetapkan perintah, kita harus mematuhinya, yang diperkuat oleh firman Allah dalam QS. An-Nur ayat 51.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Zaid ibn Tsabit, ia menceritakan bagaimana Rasulullah SAW memintanya untuk belajar tulisan Yahudi. Zaid mempelajari bahasa tersebut dengan tekun, dan setelah menguasainya, ia menjadi perantara komunikasi antara Nabi dan orang Yahudi (Muhammad ibn Isa ibn Saurah ibn Musa, 1975). Mempelajari bahasa asing sangat penting, karena dapat membantu dalam berdiskusi dan menyebarkan dakwah Islam.

Hadis lainnya menjelaskan bahwa amal seseorang terputus ketika ia meninggal, kecuali tiga hal: sedekah yang terus mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya (an-Naisaburi, tt). Ini menunjukkan bahwa ilmu yang bermanfaat memiliki keutamaan dan kedudukan tinggi baik di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah SAW juga bersabda bahwa "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga." Malaikat memberikan penghormatan kepada penuntut ilmu, dan setiap makhluk di langit dan bumi memohon ampunan untuk mereka (as-Sijistani, tt). Ibn Qayyim menekankan bahwa keutamaan ilmu berhubungan dengan kedekatan kepada Tuhan dan merupakan syarat untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (al-Jauziyah, tt).

  Etika Menuntut Ilmu

Etika berasal dari bahasa Yunani yang berarti kebiasaan atau akhlak. Menurut Magnis Suseno, etika adalah usaha manusia untuk menggunakan akal dan daya pikirnya dalam menyelesaikan masalah dan berperilaku baik (Suseno, 1987). Etika juga merupakan cabang filsafat yang membahas perilaku manusia. Abdul Haq Anshari menyatakan bahwa Etika Islam adalah disiplin ilmu yang mandiri dan belum banyak dibahas secara mendalam (Sudarsono, 1997).

Al-Zarnuji berpendapat bahwa untuk memahami akhlak baik dan buruk, seseorang harus belajar. Menuntut ilmu dan memahami kegunaannya merupakan kewajiban fardu kifayah; jika sebagian orang melakukannya, yang lain tidak terkena kewajiban, tetapi jika semua mengabaikan, maka semua akan berdosa (Muhammad, 1993).

Etika dalam menuntut ilmu menurut Al-Zarnuji mencakup beberapa aspek: pertama, niat yang tulus dalam belajar, bukan untuk mencari pujian dari manusia (Al-Zarnuji, 2008).Jurnal Riset Agama, Volume 1, Edisi 2 (Agustus 2021), halaman 296-307, oleh Wikhdatun Khasanah, membahas kewajiban umat Islam untuk menuntut ilmu sebagai bagian dari ajaran agama.

Daftar Pustaka

 Surah Al-Mujadilah (58:11) – Ayat ini menyebutkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ayat ini sering digunakan sebagai dasar kewajiban untuk menuntut ilmu dalam Islam, menunjukkan tingginya penghargaan bagi orang berilmu

 Surah Taha (20:114) – "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku." Ayat ini menegaskan pentingnya berdoa dan berusaha untuk menambah pengetahuan, menunjukkan bahwa mencari ilmu adalah bagian dari doa dan ibadah

 

Hadis dari Ibnu Majah No. 224, diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra., di mana Rasulullah SAW bersabda, "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim." Hadis ini menunjukkan bahwa mencari ilmu bukan sekadar anjuran, tetapi kewajiban bagi setiap umat Islam, tanpa memandang gender atau status.

Hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi menyebutkan bahwa "Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." Hal ini menggarisbawahi keutamaan orang yang bersungguh-sungguh mencari ilmu dalam Islam.

Ihya’ Ulumuddin oleh Imam Al-Ghazali – Dalam buku ini, Al-Ghazali menguraikan bahwa ilmu adalah dasar dari amal dan ibadah, dan bahwa setiap Muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu yang sesuai dengan keperluannya, baik ilmu agama maupun ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Pemikiran Pendidikan Islam karya Prof. H. Jalaluddin Rahmat – Buku ini membahas nilai-nilai pendidikan dalam Islam, termasuk bagaimana ilmu pengetahuan membentuk manusia yang lebih baik secara spiritual, moral, dan sosial.

Driyarkara (2006) – Pemikiran Driyarkara tentang pendidikan sebagai upaya untuk mendewasakan manusia melalui bimbingan ke arah kehidupan yang lebih baik dan bermakna, berkaitan dengan konsep pendidikan Islam yang menekankan budi pekerti dan pengembangan spiritual.

Grammar of Science oleh Karl Pearson – Dalam bukunya, Pearson menggambarkan ilmu sebagai hasil dari observasi yang sistematis. Meskipun tidak berasal dari perspektif Islam, buku ini membantu menjelaskan fungsi ilmu sebagai panduan yang benar, relevan dalam kehidupan manusia.

Filsafat Pendidikan Islam oleh Prof. Ahmad Tafsir – Buku ini menggali konsep pendidikan Islam sebagai proses pembentukan akhlak dan karakter yang kokoh. Tafsir menjelaskan bahwa pendidikan Islam memiliki aspek pembinaan spiritual dan moral yang bertujuan agar manusia mengenal dirinya dan Tuhannya, sebagaimana tercermin dalam kewajiban menuntut ilmu.

Pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pendidikan sebagai proses untuk mengembangkan potensi diri peserta didik secara aktif dalam aspek spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat. Ini sejalan dengan prinsip menuntut ilmu untuk meningkatkan kualitas hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun