Padahal, pada kenyataannya saya tidak bisa membeli semuanya dengan uang. Saya dan kita semua sebagai manusia, memang butuh penghargaan atas apa yang kita lakukan. Tapi bukan berarti kita melupakan alasan kenapa kita melakukan hal tersebut.
Sama halnya dengan saat ini misalnya, saya diberikan kehormatan dan penghargaan dari tim editor Kompasiana dalam bentuk artikel saya menjadi artikel utama.
Lantas apakah saya kehilangan gairah menulis? Tentu tidak, karena saya sudah belajar untuk lepas dari jebakan overjustification effect ini, membuat saya semakin bersemangat untuk menulis dan berbagi.
Bukan hanya saja karena penghargaan tersebut, walaupun tidak bisa saya pungkiri itu merupakan daya tarik magis bagi saya, namun yang terpenting adalah saya tidak mau lupa alasan saya menulis.
Saya tidak mau lupa kenikmatan ketika setelah selesai jam kerja kantor untuk menulis dan menuangkan hasil eksplorasi pemikiran ke dalam satu bentuk alur dan argumentasi yang menyenangkan bagi saya.
Sungguh, saya tidak ingin lupa akan rasa tersebut!
Sebenarnya dengan kita menyadari dan mengingat alasan utama kita melakukan atau mengejar sesuatu hal, bisa membantu kita untuk mempertahankan passion dan hobi kita sebagai kegiatan yang kita lakukan karena kita menikmati hal tersebut.
Namun, saya sadar bahwa memang sulit. Apalagi ketika ada daya tarik dari luar yang sifatnya tangible, seperti uang. Rasa-rasanya kebanyakan dari kita sangat sulit untuk menolak overjustification effect ini terutama dalam bentuk uang.
Kita memang butuh uang untuk membayar segala tagihan-tagihan dan biaya hidup. Kita perlu uang sebagai modal kita menikmati hobi tersebut.
Apalagi untuk orang-orang yang mencintai hal-hal yang hanya bisa terlaksana dengan uang. Otak kita sudah lama terkungkung dalam batasan meyakini penghargaan dalam bentuk uang sebagai cara yang baik untuk memacu kita lari mengejar tujuan.