Kesal, atasan saya hanya mengatakan, "ya sudah lanjut kelas dulu saja".Â
Saya sendiri kesal setengah mati, tapi berusaha menahan diri, karena ingin tahu kualitas coach ini sampai bisa sedemikian sombongnya.Â
Dari tiga jam akhirnya berlanjut enam jam pertemuan.Â
Sepupu saya sudah undur diri saat waktu sudah menunjukkan tiga jam pertemuan, karena ada pertemuan lainnya, dan itu pun sudah terlambat berkat sang coach.
Sangat mengagetkan, ketika sang coach tersebut malah mengatakan, "wah sayang sekali, harusnya saya kasih waktu dua jam saja ya, tidak kasih lebih. Jarang lho ada coach yang memberikan bonus waktu segini panjang".Â
Dalam waktu enam jam, tidak ada benefit yang saya dapatkan sama sekali dari pertemuan online tersebut, kecuali membuang-buang waktu saya.Â
Aktivitas lain yang seharusnya sudah selesai saya lakukan, akhirnya berantakan semua, untuk mendengarkan sang coach memuji dirinya sendiri, betapa hebatnya dia dalam menangani klien.Â
Apalagi ada kliennya yang mendapatkan omset seratus lima puluh juta rupiah, dengan iklan delapan puluh juta rupiah.
Setelah mendengar pengakuannya, entah mengapa yang muncul dalam pikiran, malah saya bisa melihat bagaimana usaha keluarga saya yang dibangun puluhan tahun, dan sebenarnya cukup stabil, tinggal mengembangkan saja, akan segera hancur keuangannya kalau di-coaching olehnya.Â
Belum lagi setiap bulan, saya harus mengadakan rekrutmen karyawan, walau tidak diperlukan. Entah mengapa saya merasa sangat membuang waktu dengan hal seperti itu.Â
Mendengarnya saja saya sudah lelah.Â