Bisa membaca dan menulis menjadi salah satu keahlian yang dibanggakan.
Nah, bagaimana dengan kebiasaan penduduk Nusantara sendiri? Apakah tidak memiliki budaya membaca dan menulis? Dan, maaf, menjadi kurang pintar?
Kebiasaan menulis dan membaca sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu, hanya saja dalam bentuk huruf Pallawa, dengan bahasa Sansekerta.Â
Di Pulau Jawa sendiri, ada aksara Jawa yang menandai bahwa bangsa kita ini bukan yang benar-benar buta huruf. Akan tetapi ada perbedaan aksara dan cara baca dengan orang Eropa yang menduduki negeri kita.
Lebih lanjut, kebiasaan membaca dan menulis memang bukan prioritas yang harus dimiliki oleh penduduk negeri ini, namun lebih berkembang cita rasa seni dan budaya tutur.Â
Hal ini terbukti bagaimana Sunan Kalijaga mampu merekrut penduduk Pulau Jawa dalam memeluk agama Islam, yakni melalui kesenian wayang dan story telling.
Tidak hanya itu pergaulan dengan cara berkomunikasi secara kekeluargaan mampu membuat masyarakat Indonesia menciptakan suatu kesenian baru yang akhirnya bisa menghidupi mereka dengan cara berdagang.
Terbukti adanya kain tenun yang dibuat dari benang emas dan perak yang diistilahkan sebagai songket, kemudian batik dengan motif huruf Arab, dan  sebagainya.
Kekuatan Indonesia dalam bidang maritim pun terbukti dengan adanya Kapal Pinisi yang dibuat oleh Suku Bugis dan Suku Makassar. Kapal yang diminati oleh banyak negara untuk ekspedisi.
Artinya di sini, kebiasaan membaca dan menulis memang bukanlah kebiasaan kebanyakan orang Indonesia yang ditanamkan sejak dini.Â