Penekanan tersebut hanya akan membuat anak-anak stres dini dan semakin malas membaca dan menulis, apalagi kebiasaan tersebut bukanlah budaya kita.Â
Orang tua pun, saya rasa, tidak perlu ambisius dengan memberikan begitu banyak pelajaran agar anaknya pintar. Justru permainan yang menstimulasi otaklah yang dibutuhkan anak-anak usia dini.
Keinginan agar anak pintar tidak salah sebenarnya, namun akan lebih baik kalau kita konseling terlebih dahulu pada pakar pendidikan ataupun mencari tahu cara membimbing tumbuh kembang anak sesuai usia dari artikel atau jurnal yang terpercaya.Â
Dengan begitu, anak akan merasa kegiatan belajar itu adalah sesuatu yang menyenangkan, bukan hal yang dipaksakan. Yang berakibat tingkat literasi bangsa ini semakin rendah.
Tidak menutup kemungkinan cara didik yang menyenangkan dan menyesuaikan dengan kapasitas anak sesuai umurnya, bisa meningkatkan tingkat literasi bangsa ini semakin maju.Â
Dan generasi bangsa kita bisa berkembang dan maju sesuai dengan keahliannya.
Salam literasiÂ
Referensi
- Patra, Senjuti. 8 Januari 2021. A Very Brief History of Reading. Diakses dari Booktriot.com tanggal 14 September 2022
- Itsfi. 18 Maret 2022. Kenali Matthew Effect Tingkat Literasi dan Penanganannya. Diakses dari Its.ac.id tanggal 14 September 2022
- Novrizaldi. 19 November 2021. Tingkat Literasi Indonesia Memprihatinkan, Kemenko PMK Siapkan Peta Jalan Pembudayaan Literasi Nasional. Diakses dari Kemenkopmk.go.id tanggal 14 September 2022
- Pratiwi, Stefani Ira. 13 September 2022. Sejarah Hari Kunjung Perpustakaan yang Diperingati Setiap 14 September. Diakses dari Okezone.com tanggal 14 September 2022
- Sabat, Olivia. 27 Oktober 2021. Sejarah Renaissance : Latar Belakang, Tokoh-tokoh dan Pengaruhnya. Diakses dari Detik.com tanggal 14 September 2022
- Dan sumber lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H