Aku dan Tina tidak pernah membahas tentang motor lagi.Â
Tapi, selalu ada rasa terima kasihku pada kata-katanya yang membuatku bangkit dari trauma yang berkepanjangan.Â
Dari trauma mengendarai motor, mulai ku buka diri untuk mencoba hal-hal yang selama ini aku takutkan.
Gagal tidak masalah, yang penting terus coba, hingga terbiasa.
***
Ada masa aku benar-benar merasa down.Â
Aku bingung bagaimana mengutarakan perasaan dan pikiranku kepada orang terdekat, jadi aku lebih memilih menenggelamkan diri pada pekerjaan, buku bacaan ataupun tontonan.
Dimasa itu, baru terasa bahwa aku sudah lama menutup diri dari lingkaran pertemanan, hingga bingung bagaimana cara memulai obrolan hanya untuk sekedar tertawa, melepas beban.
Tiba-tiba Tina mengirimkan pesan, dan mengatakan, "Ci, aku bikin milk tea, ni! Cobain! Sekalian ada puding zebra juga, tar kasih review ya, ci! Cici lagi dimana? Aku kirim, ya...".Â
Mendapat pesan seperti itu, membuatku terkejut, namun hati bukan main terharunya.
Sesampainya milk tea dan puding zebra di meja kantorku, terukir tulisan tangan, "bukan untuk dijual!".Â