Suatu konsep persahabatan yang baru kukenal, tapi aku menyukai sensasinya. Aku tidak pernah bercerita apapun padanya, anehnya saat aku sedang nge-down, ada saja caranya yang membuatku bangkit kembali.
Bertemu dengannya saat kami masih kuliah. Usianya lebih muda dariku beberapa tahun.Â
Seorang perempuan bertubuh langsing dengan penampilan yang fashionable, dan berwajah manis. Setiap ia berjalan dengan langkahnya yang anggun, semua mata, baik perempuan ataupun lelaki, sukar sekali melepas pandangan darinya.Â
Walau begitu, terkadang orang ragu kalau mau berdekatan dengannya, kecuali orang tersebut memiliki pemikiran yang sangat positif atau memang mencari tantangan.Â
Dibalik kemanisannya yang aduhai, wajahnya cukup jutek, cara bicaranya cukup blak-blakan, entah apakah itu pengaruh dari marga Sumatera Utara-nya. Ia tidak pernah segan mengutarakan apa yang ia pikirkan ataupun rasakan, hingga kadang terkesan nyelekit.
Aku pun lebih memilih menjaga jarak dengannya, apalagi setelah terjadi satu peristiwa (sudah lupa kejadiannya) yang memicu kami untuk membuat perang status di media sosial. Sampai salah satu temanku menegur, "eaa..perang langsung lebih enak kali, dibanding perang status, kurang berasa emosinya!".
Beberapa hari kemudian, aku dan perempuan tersebut, bernama Tina (nama samaran), duduk bersama, berbaikan.
***
Aku memiliki pengalaman yang traumatis pada motor, karena sempat kecelakaan beberapa kali.Â
Padahal di rumahku bertengger sebuah sepeda motor, namun hanya adikku yang mengendarainya. Aku tidak pernah berani menyentuhnya, kecuali hanya untuk mencuci ataupun memanaskannya.Â