Padahal saat zaman mengirimkan kartu pos lagi nge-tren, saya sama sekali tidak tertarik untuk melakukannya. Terlalu pendek buat saya untuk menuliskannya. Saya lebih senang dengan tulisan panjang kali lebar, sebagai bentuk pelampiasan kebawelan yang kurang bisa terwujud dalam dunia nyata.
Setelah membaca tulisan wanita tersebut tentang kartu pos, langsung saja saya menuliskan komentar kalau ingin saling berkiriman kartu pos.
Dan alhamdulillah, spontanitas tersebut langsung disambut dengan antusias olehnya. Kami pun saling bertukar alamat.
Sempat saya tidak merasa percaya diri untuk mengirimkannya, lantaran kami belum kenal secara nyata. Khawatir, antusiasme yang ditunjukkan hanya sekedar basa-basi.
Namun, rasa khawatir tersebut langsung tersapu bersih ketika membaca lagi tulisannya yang secara tidak langsung menampilkan dirinya sebagai pribadi yang benar ramah dan tulus.
Setelah berulang kali menulis kartu pos untuknya, akhirnya jadilah satu kartu pos yang siap dikirimkan.
Suatu pengalaman sederhana, namun sangat menyenangkan bagi saya.
Bukunya yang menceritakan tentang salah satu negara Eropa mampu membuang rasa jenuh saya akibat terlalu lama di rumah. Saya merasa sedang diajak jalan-jalan olehnya, diberitahukan makanan kesukaan orang sana, kemudian dibocorkan kebiasaan orang sana bagaimana saja.
Bahkan supaya lebih totalitas, saya malah tertarik untuk membuat minuman kesukaan orang yang tinggal di negeri sana, juga membuat resep makanan yang pernah ditulis olehnya dalam sebuah artikel.
Tidak sama persis, tapi setidaknya saya merasa mirip.
Padahal selama ini kalau saya membaca buku sambil makan, apapun makanannya pasti saya santap. Tidak perlu sengaja-sengaja membuat menu makanan khusus.