Anak-anak hasil perkawinan campur ini, sering kita sebut sebagai peranakan Tionghoa, kalau di Malaysia disebut sebagai Babah Nyonya.Â
Saya memasukkan kedua sebutan ini, dikarenakan dulu, sebelum orang Belanda-Inggris menginjakkan kaki di Nusantara, Malaysia dan Indonesia itu satu wilayah, tentunya dengan kerajaan yang berkuasa pada masing-masing wilayah. Kemudian, wilayah Malaysia-Indonesia dipecah menjadi dua, sebagai tanda Malaysia milik Inggris, sedangkan Indonesia milik Belanda.
Kembali ke kata "Engkong", yang merupakan serapan dari bahasa Mandarin, Tionghoa.
Bahasa Mandarin sendiri menyebut kakek dari pihak Ibu, adalah Gong gong (baca : Kung Kung)Â
Orang Hokkian biasa menyebutnya Akong. Sedangkan orang Khek atau dikenal juga dengan orang Hakka, menyebut kakek dari pihak Ibu sebagai Kung kung, seperti bahasa Mandarin.Â
Oleh karena itu, etnis Betawi memanggil kakek dengan sebutan Engkong.
Kalau sekarang ini tentunya sebutan Engkong sudah lebih general, tidak mesti harus dari Betawi ataupun peranakan China-Betawi. Hmm.. tapi saya bertanya-tanya juga sih Engkong Felix itu dari Betawi bukan ya?
ReferensiÂ
- Pengalaman pribadi
- Damarjati, Danu. 15 Februari 2021. 'Lu', 'Gue', Berasal dari China. Diakses dari Liputan6.com tanggal 16 Agustus 2021
- Tan, Herman. 1 Maret 2021. Panggilan Kekerabatan Tradisi Tionghoa dalam Dialek Hakka (Khek). Diakses dari Tionghoa.info tanggal 16 Agustus 2021
- Tan, Herman. 1 Maret 2021. Panggilan Kekerabatan Tradisi Tionghoa dalam Dialek Hokkian. Diakses dari Tionghoa.info tanggal 16 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H