Diawali dari keluarga
Bagi orangtua yang telah memiliki anak atau yang belum, ada baiknya mempelajari lebih banyak tentang parenting.
Maaf bukan saya sok tahu, karena tidak mudah mendidik anak. Terkadang anak yang terlalu lincah dan kita sendiri sudah lelah, akhirnya malah memarahi atau memukul sang anak, padahal menurut si anak, dia tidak bersalah dan bingung kenapa dia dipukul.Â
Bila itu terus terjadi, bisa jadi sang anak malah bertumbuh menjadi orang yang sangat keras dan bisa juga malah berbalik menyerang orang tua.Â
Saya dididik dengan begitu keras oleh kedua orangtua saya. Kalau saya salah, pasti saya akan dihukum dan dipukuli. Bila saya memberikan pembelaan diri, karena saya tidak merasa diri salah, maka saya akan dipukul lebih kencang.
Setelah sudah dewasa dan bisa mengobrol dengan Ibu saya, saya baru tahu bahwa beliau bermaksud mendidik saya, supaya saya tahu batasan mana yang benar dan mana yang salah. Ibu saya masih terbawa cara mendidik zaman dahulu, menurutnya itulah cara mendidik yang benar.
Sedangkan, ayah saya jarang sekali mau berbicara dengan saya. Sekalinya bicara, pasti menceritakan tentang penderitaannya dan membandingkan saya dengan adik.
Saat itu saya tidak tahu kalau saya sangat cuek, ayah bermaksud supaya saya menjadi orang yang lebih perhatian seperti adik. Tapi karena saya tidak paham, saya merasa saya tidak layak disayang dan saya bukanlah bagian dari keluarga ini.
Saya pun tidak pernah mendapatkan pujian ketika nilai ulangan saya bagus. Berbeda kalau adik saya mendapatkan nilai bagus, ayah dan ibu saya pasti selalu memujinya depan saya, bahkan adik mau minta apa pasti dibelikan.Â
Belakangan saya baru tahu, kalau saya dipuji, saya pasti akan malas belajar lagi, karena saya tipe yang malas belajar. Hehe..
Karena tidak ada penjelasan, selalu dipukul dan dihukum, dibanding-bandingkan, bahkan tidak pernah ada pujian, menjadikan saya menjadi anak yang tidak memiliki rasa sayang pada orang lain, tidak punya rasa kasihan, saya didunia ini adalah salah dan parahnya saya membenci kedua orangtua saya.
Lucunya, hasil konseling saya dengan guru, atasan ataupun teman-teman yang bekerja dibidang psikolog, mereka mengatakan kalau saya tidak memiliki figur ayah.Â