Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Event Cerita Mini] Duniaku Kembali Terang

8 Juli 2019   02:22 Diperbarui: 8 Juli 2019   02:41 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Lama-kelamaan, hasil kerja kerasku berbuah dengan baik, aku bisa mengejar pelajaran yang tertinggal jauh. Berkat orang-orang yang mau menjadi temanku juga, aku paham apa yang aku pelajari. Karena bila terlihat tidak paham, mereka akan segera mengajariku tanpa aku minta.

Guru olahraga dan wali kelasku yang baru juga sering memujiku depan kelas.

Tidak ada yang berani juga memukulku lagi dikelas karena nilaiku sudah berada jauh diatas mereka.

Dan belakangan aku baru tahu, wali kelasku yang baru ini tidak mau menerima hadiah dari para orang tua murid, karena beliau berprinsip nilai bagus bukanlah tolak ukur keberhasilan anak, tapi perjuangan untuk mendapatkan nilai yang baik, serta kejujuranlah yang akan membuat sang anak berhasil.

Kalau ada yang terlihat menyontek, tugas dan ulangan akan dirobek, kemudian siswa tersebut akan disuruh menulis "Saya tidak akan berani lagi menyontek" sebanyak satu buku, dan itu harus dikumpulkan keesokan harinya.

Dengan begitu, tidak ada siswa yang pintar karena bocoran jawaban, tetapi pintar karena memang benar hasil usahanya sendiri.

Pak Suradi, itulah nama wali kelas kesayanganku. Beliaulah guru pertama yang menyelamatkanku dari neraka dunia.

Teringat Pak Suradi dan Ibuku pernah berkata padaku dalam waktu yang berbeda, "Jangan pernah takut kepada orang lain, ketika kamu memiliki kemampuan, tidak akan ada yang pernah berani padaku, dan kamu akan dihargai sebagai dirimu sendiri, tidak peduli apa kekuranganmu"

Hal itu selalu aku ingat.

Anak-anak yang sering memukulku dulunya, sering mencoba mengajakku mengobrol, supaya mau mengajari mereka. Ada rasa bangga dalam diriku, dan rasanya ingin balik menghina, "Rasain lo!", tapi aku tahan. Tidak bagus juga kalau tahu-tahu nilaiku jelek, dan mereka kembali memukulku.

Aku sangat berterima kasih pada Tuhan, Ibuku, adikku, teman-temanku yang perempuan, 3 teman laki-laki dan teman yang paling pintar, guru olahraga, serta Pak Suradi, karena mereka, neraka duniaku telah berakhir dan telah menemukan titik terang. Aku kembali bisa tertawa dengan ceria. Aku tidak pernah mengendorkan semangat belajarku lagi,

Aku tidak mau jadi bulan-bulanan manusia lagi, karena bodoh, jelek, dan kampungan, serta miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun