Ibuku langsung terdiam. Aku pun disuruh membersihkan badan, sudah tidak kuat lagi menangis rasanya. Kemudian tidur, kembali berimajinasi. Ibuku yang pengertian, memiliki sahabat yang sangat baik dan memiliki banyak teman.
Malam harinya, ibuku datang menghampiriku, "Ibu minta maaf karena terlalu keras, Ibu pikir kamu sudah berbohong sama Ibu. Belajar yang benar, ya, Nak! Kalau kamu pintar dan nilainya bagus, pasti akan punya banyak teman. Dulu Ibu juga begitu", sembari tersenyum
"Benar, Bu, bisa?" tanyaku tidak percaya, lebih tepatnya putus asa.
"Pasti bisa!" kata ibuku yakin, "Jangan cerita kepada ayah, karena ayahmu pasti akan mengamuk nanti, menambah masalah kita nantinya".
Aku diam saja, tidak perlu ibu beritahu juga aku tidak akan memberitahukan pada ayah. Bukan karena ayah akan mengamuk, tapi aku tahu ayah tidak akan peduli, beda kalau kejadian yang aku alami itu terjadi pada adikku, beliau pasti sudah mengobrak-abrik sekolah tersebut.
Dengan ibuku berkata seperti itu, aku benar-benar bersemangat, aku sudah lelah sekali dipukuli. Aku berusaha belajar dengan keras, bila aku tidak mengerti aku akan pergi ke perpustakaan dan mencari buku yang akan membuatku paham apa yang sedang aku pelajari. Bila masih tidak mengerti juga aku akan hafal mati.
Aku tidak bertanya pada guruku, karena aku sudah tahu jawaban apa yang akan diberikan "Jelek, bodoh, kampungan dan miskin". Perbendaharaan kata-kata guru padaku tidak akan pernah jauh dari situ.
Setiap harinya aku tetap masih akan dipukuli, tapi suasana agak berbeda karena teman-teman perempuan lain sudah mau berteman denganku, sejak kejadian aku dipukuli sampai berdarah banyak. 4 orang teman laki-laki pun sudah mulai berani mengobrol terbuka denganku.
Ada satu anak laki-laki paling pintar di kelas, ia sering datang padaku dan mengajariku matematika kalau terlihat aku tidak paham sama sekali.
Akhirnya kelas 6 SD tiba, aku memiliki guru baru, guru olahraga dan wali kelas 6 SD. Mereka sangat sayang pada temanku yang paling pintar itu. Karena aku sering diajak ngobrol oleh temanku itu, mereka juga akhirnya terlihat perhatian kepadaku. Apalagi nilai-nilaiku sudah ada kemajuan.
Aku belajar dari pulang sekolah sampai malam. Lupa makan, lupa mandi. Bobotku turun jauh, tapi aku tidak merasa lapar sama sekali. Tujuanku, aku ingin ranking 10 besar dan tidak dipukuli lagi.