"Ibunya Bung Karno itu aslinya orang Bali. Panggilannya, Ibu Srimben", Bintang mendengarkan penjelasanku sambil manggut-manggut.
"Ayah Bung Karno dulu pernah mengajar di daerah Bubutan. Beliau mengajar di SDN Sulung", sambungku. Yah, tidak ada salahnya jadi tour guide tipis-tipis, kan? hihihi.
Langgar Dukur
Kami kembali menyusuri Kampung Peneleh menuju destinasi ketiga yaitu Langgar Dukur.Â
"Wah, ini keren sekali", seruku dengan takjub.
Sebuah langgar kayu dua lantai berdiri menahan tubuhnya yang sudah renta dimakan usia. Kayu-kayu langgar nampak rapuh dibalik cat putih yang menyelimutinya.
Menurut papan informasi, Langgar Dukur dibangun abad 19, tepatnya pada tahun 1893. Sebuah Alquran kuno berlogo pemerintahan Belanda ditemukan di langgar ini. Selain itu, ditemukan pula tombak setinggi kurang lebih 2 meter di atap langgar.
Sumur Jobong Peneleh
Di tengah gemerlapnya Kota Surabaya, ada sebuah sumur yang dinilai mirip dengan situs Jobong yang ada di Trowulan, Mojokerto, yang sudah ada sejak zaman Majapahit. Sumur ini ditemukan secara tidak sengaja pada 2018 lalu.
Sumur Jobong berada di tengah gang-gang Peneleh yang padat. Di lokasi yang sama, terdapat dua kotak kaca berisi beberapa artefak seperti tulang, pecahan keramik, gerabah, dan batu bata kuno yang ditemukan saat penggalian Sumur Jobong.
Kami tidak dapat melihat rupa dalam Sumur Jobong karena sumur dalam keadaan tertutup. Kemungkinan hanya boleh dibuka dengan petugas seperti halnya Langgar Dukur yang boleh dinaiki jika bersama petugas.