Mohon tunggu...
Nalanda PBAUD
Nalanda PBAUD Mohon Tunggu... Dosen - Nalanda PBAUD adalah Fakultas pendidikan jenjang perguruan tinggi yang mencetak lulusan calon Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang profesional.

S1 PBAUD NALANDA adalah salah satu Fakultas yang ada di STAB Nalanda Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Education for Sustainable Development (ESD) untuk Pembangunan Berkelanjutan

25 Agustus 2021   13:01 Diperbarui: 25 Agustus 2021   14:01 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Eliza Ariesta,S.Kom,M.Pd

1. PENDAHULUAN 

Masalah dunia yang pada saat ini semakin kompleks perlu untuk menjadi perhatian bagi kita. Pada saat ini kita dihadapkan berbagai permasalahan seperti tingkat populasi yang cepat, pemanasan global, dan juga meningkatnya tingkat kebutuhan akan sandang, pangan , ketersediaan lapangan pekerjaan, gangguan pada lapisan ozon dan hutan hujan tropis, kebakaran hutan, polusi air dan udara serta masalah sosial seperti kemiskinan di beberapa negara berkembang dan berkurangnya lahan untuk pemukiman. Hendriyani (2006) menyatakan produksi sandang dan pangan akan menurun seiring dengan peralihan fungsi sawah dan kebun menjadi pemukiman.

Ekosistem yang tidak seimbang dapat memicu terjadinya berbagai bencana alam, seperti banjir, cuaca ekstrim dan juga longsor. Sehingga berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan (tanah,air dan udara) yang juga berdampak terhadap pencemaran limbah rumah tangga dan limbah industri. 

Berbagai bencana yang terjadi selain disebabkan oleh alam, beberapa diantaranya juga disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. 

Dalam memenuhi kebutuhan manusia tidak segan mengeksploitasi lingkungan dan sumber daya secara berlebihan. Tingkat kecepatan manusia dalam mengeksploitasi lingkungan dan sumber daya alam lebih besar daripada kecepatan sumber daya alam dalam prosesnya memperbarui diri. 

Menurut laporan "Status Lingkungan Hidup Indonesia" yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup 2007, bahwa level kerusakan ekologi Indonesia sudah dalam keadaan parah. 

Kondisi iklim yang tidak menentu berakibat buruk terhadap gagal panen, kekurangan air bersih, tenggelamnya beberapa pulau dan juga masih banyak lagi ketidaknyaman yang dirasakan oleh manusia (Setyono, 2011). 

Beberapa krisis lingkungan juga dihadapi oleh bangsa Indonesia akibat dari campur tangan manusia yang tidak bertanggung jawab seperti kerusakan lingkungan, illegal logging, kebakaran hutan, proses abrasi, polusi udara dan air. 

Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IBES) menyatakan bahwa 1 juta spesies mengalami resiko kepunahan yang bisa terjadi kapanpun (Greenpeace Indonesia, 2019). Hal ini terjadi akibat dari perilaku manusia yang dapat dikelola dengan cara mengubah perilaku yang relevan sehingga dapat mengurangi dampak lingkungannya (Steg & Vlek, 2009).

Untuk mengatasi dan mengurangi dampak kerusakan lingkungan diperlukan suatu perubahan dan sikap yang peduli terhadap lingkungan Perilaku yang dilakukan manusia berhubungan langsung dengan lingkungan. 

Hubungan antara turunnya kualitas lingkungan hidup dan manusia Sebagian besar dari tindakan atau perilaku manusia (Barry, 2007). Kepribadian manusia dan keadaan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungan (Laurens, 2012). 

Kepedulian seseorang terhadap lingkungan dapat berdampak pada program keberlanjutan pembangunan, yang tidak hanya untuk saat ini melainkan untuk masa mendatang. Pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai melalui pendidikan di sekolah, karena pendidikan merupakan sarana untuk mengubah perilaku manusia. 

Hal ini sejalan dengan dukungan yang pernah dicetuskan pada pertemuan Johannesburg 2002 yang menegaskan mengenai visi pembangunan berkelanjutan dan tujuan pendidikan dalam millennium development goals and education for all education yang dicetuskan dalam Dakar frame work for action, juga mengajukan Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Decade of Education for Sustainable Development/DESD).

Hal ini diperkuat dengan peranan PBB dalam sidang umum pada sesi ke-57 tahun 2002 yang mendeklarasikan periode 2005-2014 sebagai DESD. 

Kemendiknas 2010, menegaskan bahwa UNESCO ditunjuk untuk memandu dekade ini untuk dapat memainkan perannya dalam mengembangkan standar kualitas pendidikan menuju pembangunan berkelanjutan. 

Pendidikan perlu untuk menanamkan serta menumbuhkan pemahaman tentang pentingnya keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem, dan juga pendidikan perlu menanamkan pemahaman tentang nilai-nilai tanggung jawab sosial untuk memberikan wawasan kepada murid bahwa kita sebagai bagian dari sistem sosial perlu untuk bersinergi dengan manusia lain dan alam beserta seluruh isinya. Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk menanamkan kepedulian terhadap lingkungan. 

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menanamkan dan menumbuhkan kepribadian yang peduli terhadap lingkungan yang akan berdampak terhadap perilaku seseorang. Mahasiswa yang memiliki keinginan untuk bertindak terhadap lingkungan akan menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan. 

Hal ini ditegaskan pula oleh Setiawan (2010) bahwa pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan fisik, jiwa (akal,rasa dan kehendak), moralitas dan sosial manusia juga untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif. Perilaku siswa yang ramah lingkungan dapat dibentuk sesuai dengan yang diharapkan.

Walgito (2010) menyatakan " pembentukan perilaku dapat dilakukan melalui tiga acara yaitu : pembentukan perilaku dengan kebiasaan, pembentukan perilaku dengan pengertian dan pembentukan perilaku dengan model atau contoh." Salah satu penerapannya dalam dunia pendidikan adalah dengan menerapkan kebiasaan memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan dengan cara menerapkan program yang dinamakan (ESD Education For Sustainable Development) yang berhubungan dengan keberlanjutan.  Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan memodifikasi perilaku manusia dalam menciptakan harmoni dengan lingkungan.

2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Education for Sustainable Development

Pendidikan untuk keberlanjutan (ESD) adalah merupakan proses belajar yang memiliki tujuan untuk menginformasikan dan melibatkan penduduk agar memiliki keterampilan dan kreatif dalam menyelesaikan masalah, sosial literasi, saintifik, dan memiliki komitmen terikat juga bertanggung jawab sebagai pribadi dan kelompok yang diharapkan segala tindakan tersebut dapat menjamin ekonomi dan lingkungan yang makmur di masa depan.

ESD meningkatkan kompetensi berpikir kritis dengan menganalisa skenario masa depan dan membuat keputusan dengan cara kolaboratif. 

Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan yang merupakan prinsip dasar untuk melihat saling ketergantungan antara manusia dan ekologi. 

Peran ESD didasarkan pada tiga pilar yaitu sosial, lingkungan dan ekonomi. Jika pendekatan keberlanjutan diterapkan dalam sistem pendidikan maka akan didapat bagan sebagai berikut :

Sumber : Nikolopoulou, Abrahama & Mirbagheri

Gambar 1. Implementasi ESD 

Pada gambar diatas terlihat jelas bahwa 3 pilar dari pembangunan berkelanjutan dimasukan ke dalam dunia pendidikan maka terjadi pendekatan baru menjadi 6 pilar yang saling berhubungan. 

Pendidikan tersebut mengikat teknologi, budaya dan pemerintah. Teknologi merupakan faktor penentu dalam menentukan keberlanjutan lingkungan dan pendidikan itu sendiri mengikat instansi pemerintah untuk ikut berperan dalam keberlanjutan lingkungan.

Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan merupakan gagasan dari pendidikan lingkungan, tujuan dari ESD adalah untuk mengembangkan pemikiran seseorang untuk membuat tindakan dan membuat keputusan yang berhubungan dengan masa depan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup tanpa mengorbankan planet bumi. 

Sumbangan pemikiran dari Mahatma Gandhi yang dianggap sebagai salah satu masukan mengenai pendidikan lingkungan yaitu Gandhi memfokuskan diri pada pengembangan dan penggunaan konsumsi produk lokal yang pada masa itu tersedia di India.

International Union for Conservation of Nature (Ajaps & McLellan, 2015) menyatakan pendidikan lingkungan adalah " sebuah proses pengenalan nilai dan konsep dengan tujuan untuk membangun keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk memahami dan menghargai hubungan-hubungan antara budaya dan lingkungan bio-fisik."

Pada implementasinya di dalam satuan pendidikan, perlu dibentuk untuk tim pengembang ESD yang bertugas mensosialisasikan dosen juga mahasiswa dan juga mencari dukungan untuk memenuhi fasilitas. Selain itu pelaksanaan ESD perlu juga untuk dilakukan evaluasi, untuk mengetahui keberhasilan dari penerapannya. 

Budaya cinta lingkungan penting dikembangkan melalui dunia pendidikan dan tidak harus menjadi mata kuliah tersendiri, tetapi disajikan lintas mata kuliah melalu pokok-pokok bahasan yang relevan. 

Mochizuki  (2010:  37)  memberikan  penjelasan bahwa  program  education  for  sustainable  development  (ESD)  yang  di dalamnya  ada  unsur  pendidikan  lingkungan  sangat  penting  untuk mewujudkan  program  MDG's.  Pendidikan  untuk pembangunan berkelanjutan (ESD) dalam rangka menjalankan kampanye United Nation Literacy Decade (UNLD). 

Berikut tulisan Mochizuki  (2010:  46)  One aspect  is  the  idea  that  education  for  sustainable  development  (ESD) supplements  fore running  global  education  campaigns  of  EFA  and  the  UN Literacy  Decade  (UNLD). Topik lain yang berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat oleh UNESCO adalah perspektif lingkungan, sumber daya alam (air,energi, pertanian, keanekaragaman hayati), perubahan iklim, transformasi pedesaaan, urbanisasi yang berkelanjutan, pencegahan dan mitigasi bencana. 

Hal ini dikutip oleh Mochizuki (2010:46) antara lain environment perspective, natural resource (water, energy, agriculture, biodiversity), climate change, rural transformation, sustainable urbanisation, disaster prevention and mitigation.

2.2 Integrasi ESD terhadap Kurikulum 

Penerapan ESD diterapkan di dalam kurikulum pendidikan formal termasuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah, pendidikan kejuruan dan teknis, pelatihan dan pendidikan tinggi. Integrasi kurikulum ini perlu untuk diterapkan terhadap guru untuk dapat menerapkan konsepnya di dalam kelas. 

Pendidikan merupakan sebuah media perubahan yang dapat memberikan respon pendidikan yang diperlukan untuk mendukung upaya pemerintah dalam mencapai tujuannya mengenai keberlanjutan. 

Dalam menghadapi tantangan global ini, guru dituntut untuk memiliki kompetensi untuk merekonstruksi proses pendidikan menuju keberlanjutan. 

Dalam proses penerapannya di kehidupan sehari-hari bersama dengan anak murid, guru diarahkan untuk menerapkan pendidikan keberlanjtan di kelas baik dari sisi konten, media pembelajaran, dan pengajarannya.

ESD berfokus pada masa depan, dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dan membuat lebih banyak lagi tindakan yang melestarikan ekologi secara bersama-sama.

Tindakan yang dilakukan adalah dengan cara mendukung pola keberlanjutan yang

mempertimbangkan kondisi lingkungan, sosial, kultural dan sistem ekonomi yang saling berkaitan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari ESD berorientasi pada pengembangan keterampilan dan nilai agar manusia dapat berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan untuk manusia di masa yang akan datang. 

Manusia perlu dibentuk karakternya untuk dapat memahami bahwa pola perilaku terhadap lingkungan akan berpengaruh, sehingga pola perilaku harus berlandaskan nilainilai ekologis, sosial dan kultural. Pengembangan ESD dapat diimplementasikan dengan berbagai konsep seperti konsep cross-curriculum, hidden-curriculum dan into-curriculum sehingga muncul sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.

Penerapan ESD dapat dikembangkan di dunia pendidikan dengan mengaplikasikan substainability program dengan tujuan untuk membentuk kebiasaan berperilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan menerapkan Cross-Curriculum yaitu suatu pendekatan yang digunakan ESD dengan masuk kedalam beberapa mata kuliah tertentu. ESD diintegrasikan kedalam beberapa mata pelajaran terpisah sehingga dalam proses pembelajarannya terintegrasi. Beberapa program-program substainability yang diintegrasikan ke dalam mata kuliah diantaranya adalah :

a. Program Zero Waste

Pada program ini, sekolah menanamkan kedisplinan akan kepedulian terhadap lingkungan, dengan cara mengurangi penggunaan bahan-bahan plastik untuk mencegah dan mengurangi pembuangan sampah plastik yang dapat merusak lingkungan. Sehingga dalam setiap acara yang diadakan di kampus, mahasiswa atau dosen dianjurkan untuk membawa botol minuman sendiri. 

Program Zero Waste ini juga diterapkan di dalam proyek kuliah atau mata kuliah dengan cara mengintegrasikannya kedalam silabus contohnya pada pembelajaran keterampilan dan kewirausahaan mahasiswa memiliki kegiatan untuk memanfaatkan sampah botol plastik menjadi sesuatu yang produktif sehingga produk tersebut dapat diperjual belikan.

b. Program Eco Campus

Program ini kami terapkan untuk mendukung program pemerintah dalam penghematan listrik demi mengurangi pemborosan penggunaan sumber daya alam. Kedisiplinan ini perlu diterapkan kepada seluruh warga perguruan tinggi untuk meningkatkan kesadaran akan ramah terhadap lingkungan. 

Selain itu juga diterapkan dalam berbagai kegiatan lain di lingkungan perguruan seperti : a. Mempromosikan gaya hidup sehat , b. Memperbaiki lingkungan sekolah, c. Menemukan cara-cara yang efisien perjalanan ke dan dari sekolah, d. Mendorong kewarganegaraan aktif, e. Membangun kemitraan yang kuat dengan berbagai kelompok masyrakat.

c. Substainability Training Program

Program training ini diperuntukan bagi para dosen dan staff perguruan tinggi untuk mendapatkan training secara berkala sehingga para dosen mendapatkan keahlian dan pendidikan serta wawasan mengenai keterampilan serta perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan yang diharapkan keahlian tersebut dapat diajarkan kepada anak mahasiswanya.

e. Program CSR (Corporate Social Relationship)

Program ini merupakan program yang melibatkan masyarakat sekitar untuk ikut

andil dalam usaha keberlanjutan.  Contohnya adalah bergotong royong dalam pembuatan bank sampah, menyediakan tempat sampah ke daerah-daerah terdekat dan mengedukasi masyrakat setempat dalam upaya menerapkan kecintaan terhadap lingkungan hidup.

3. KESIMPULAN 

Education for Sustainable Development merupakan suatu langkah yang dilakukan untuk melestarikan dan menjaga alam, sosial dan budaya sebagai suatu eksistensi bagi hidup manusia itu sendiri. ESD merupakan hal yang sangat penting karena pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan manusia pada saat tertentu yang akan mengalami kehancuran apabila tidak ada perubahan pola tingkah laku terhadap lingkungan. 

ESD dapat dilakukan melalui ruang lingkup pendidikan seperti pendidikan formal maupun informal yang melibatkan partisipasi masyarakat, pemerintah, dan juga beberapa perusahaan yang berfokus pada permasalahan-permasalahan lingkungan.

Konsep penerapan ESD di lingkungan pendidikan perlu untuk terus dikembangkan

dengan menerapkan Cross Curriculum dalam pembelajaran yang berhubungan pendidikan lingkungan. Pendidikan berperspektif lingkungan di perguruan tinggi perlu untuk dirinjau agar berjalan dengan baik dan terpadu, 

REFERENSI 

Agung, I. (2010). Perspektif Multidimensional Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan:

Pemikiran Awal Konsep dan Penerapan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16(4),

453--468.

Ajaps, S., & McLellan, R. (2015). "We don't know enough": Environmental education and

pro-environmental behaviour perceptions. Cogent Education, 2(1), 1124490.

Barry, J. (2007). Environment and Social Theory. Routledge.

Greenpeace Indonesia. (2019). Hilangnya Keanekaragaman Hayati: Kebutuhan Mendesak 

Melindungi Hutan dan Laut serta Perubahan Pola Makan. Greenpeace.

https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/2802/hilangnya-keanekaragaman

hayati-kebutuhan-mendesak-melindungi-hutan-dan-laut-serta-perubahan-pola-makan/

Hendriyani, Y. (2006). Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan (PBBL). Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Jskelinen, L., & Nyknen, R. (1994). Koulu ympristn vaalijana (School as a guardian of

the environment). Helsinki: Opetushallitus.

Laurens, J. M. (2012). Changing behavior and environment in a community-based program of the riverside community. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 36, 372--382.

Setiawan, D. (2010). Guru, Mari Benahi Lingkungan Hidup. Majalah P4TK IPA.

http://majalah.p4tkipa.org/

Setyono, P. (2011). Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi 

(Solusi Berbasis Environmental Insight Quotient). UNS Press dan LPP UNS.

Steg, L., & Vlek, C. (2009). Encouraging pro-environmental behaviour: An integrative review and research agenda. Journal of Environmental Psychology, 29(3), 309--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun