Mohon tunggu...
Najwa Hanifah
Najwa Hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 Kasus Asuransi Jiwasraya

3 Juni 2023   14:25 Diperbarui: 3 Juni 2023   14:25 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehilangan sistem: Kejahatan struktural dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem atau struktur sosial. Dalam kasus Jiwasraya, kerugian finansial tidak hanya menimpa perusahaan itu sendiri, tetapi juga nasabah dan masyarakat pada umumnya.

Dampak kejahatan struktural dalam kasus Asuransi Jiwasraya terhadap perusahaan dan pemegang polis dapat meliputi:

Kerugian keuangan: Kejahatan struktural dalam kasus Jiwasraya, seperti praktik investasi berisiko dan penggelapan dana, menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi perusahaan. Kerugian ini dapat membahayakan kelangsungan operasi perusahaan dan dana yang seharusnya tersedia untuk memenuhi kewajiban pemegang polis.

Hilangnya kepercayaan publik: Kejahatan struktural yang dilakukan oleh perusahaan asuransi dapat merusak kepercayaan publik terhadap perusahaan dan industri secara keseluruhan. Politisi dan calon nasabah dapat kehilangan kepercayaan terhadap Jiwasraya dan mempertanyakan integritas perusahaan dan kemampuannya untuk melindungi kepentingan mereka.

Gangguan stabilitas pasar: Kasus pidana struktural Jiwasraya bisa mengganggu pasar asuransi. Ketidakstabilan ini dapat mempengaruhi lingkungan bisnis secara umum dan mengurangi kepercayaan investor dan partisipasi pemilik dalam industri asuransi.

Dampak Sosial dan Ekonomi: Dampak kejahatan struktural dalam kasus Jiwasraya juga terlihat di masyarakat. Kehilangan dana investasi yang signifikan dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan stabilitas keuangan suatu negara.

PENERAPAN PANOPTIKON TERHADAP KEJAHATAN STRUKTURAL

Dampak penerapan konsep panoptikon terhadap kejahatan struktural dalam konteks kasus Asuransi Jiwasraya dapat meliputi:

Pencegahan kriminalitas: Penggunaan Panoptikum menciptakan kesadaran konstan bahwa orang terus diawasi dan dipantau. Hal ini dapat mencegah terjadinya kejahatan struktural, karena individu cenderung memikirkan risiko dan konsekuensi dari tindakan mereka ketika mereka tahu bahwa mereka terus dipantau.

Mengurangi peluang kejahatan: Konsep panopticon menciptakan lingkungan di mana penjahat sulit beroperasi tanpa terdeteksi. Ketika orang tahu mereka sedang diawasi, mereka cenderung melakukan kejahatan struktural. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kejahatan di organisasi seperti Asuransi Jiwasraya. 

Peningkatan Kewajiban: Penggunaan panopticon mendorong individu dan pihak yang terlibat dalam keputusan dan tindakan organisasi untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Dengan pengawasan konstan, individu lebih cenderung memikirkan konsekuensi dari tindakan mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang mereka buat, mengurangi kemungkinan kejahatan struktural.

Lebih banyak transparansi: Konsep Panopticon juga mempromosikan transparansi proses perusahaan. Pemantauan berkelanjutan membuat informasi tentang tindakan yang diambil dan keputusan dibuat lebih mudah diakses. Hal ini dapat membantu mengurangi peluang bagi individu atau kelompok untuk secara diam-diam melakukan kejahatan struktural.

Efek ini menunjukkan bahwa penerapan konsep panoptikon dalam konteks asuransi Jiwasraya dapat memberikan manfaat dalam mencegah dan mengurangi kejahatan struktural. Namun, penting untuk diingat bahwa menggunakan panoptisisme juga memiliki keterbatasan dan tantangannya sendiri, dan prinsip etika dan adil harus dipastikan saat menggunakannya.

Penerapan konsep panoptikon dapat menjadi penting dalam mengatasi kejahatan struktural dengan beberapa alasan berikut:

Pemantauan Lanjutan: Konsep Panopticon mempromosikan pemantauan terus menerus dan mendalam terhadap orang dan proses. Dalam konteks kejahatan struktural, ini berarti tindakan mencurigakan atau tidak etis dapat dideteksi dengan lebih cepat. Pengawasan yang intensif dan konsisten dapat mengurangi kemungkinan penjahat tidak terdeteksi.

Lebih banyak transparansi: Penggunaan panopticon mempromosikan transparansi dalam organisasi. Dengan bantuan sistem pemantauan berkelanjutan, informasi dan keputusan tersedia lebih terbuka bagi para pemangku kepentingan. Transparansi ini dapat mengurangi risiko korupsi, manipulasi atau kecurangan dalam struktur organisasi.

Lebih banyak tanggung jawab: Konsep Panoptikum mengedepankan tanggung jawab dalam tindakan dan pengambilan keputusan. Dengan pemantauan terus menerus, individu atau kelompok yang bertanggung jawab atas keputusan atau tindakan dapat diidentifikasi dengan lebih jelas. Ini memperkuat tanggung jawab mereka atas konsekuensi dari tindakan mereka, baik positif maupun negatif.

Membangun budaya kepatuhan: Menggunakan Panoptikum dapat membantu membangun budaya pemenuhan dalam suatu organisasi. Ketika karyawan memahami bahwa mereka berada di bawah pengawasan terus-menerus, mereka cenderung mengikuti aturan, etika, dan praktik yang berlaku. Ini membantu mencegah pelanggaran struktural dan tindak pidana.

Meningkatkan Efektivitas Penegakan Hukum: Di lingkungan kepolisian, konsep panopticon dapat memberikan sumber informasi dan bukti yang lebih kuat. Sistem pengawasan berkelanjutan dapat memberikan banyak bukti elektronik yang dapat digunakan dalam penyelidikan dan penuntutan kejahatan struktural. Hal ini meningkatkan efektivitas penegakan hukum dalam mengejar pelaku kejahatan dan memperkuat sistem hukum. Namun, penting untuk diingat bahwa ketika menerapkan konsep panoptikon, privasi individu, hak asasi manusia, dan potensi penyalahgunaan kekuasaan juga harus diperhitungkan. Pengaturan yang tepat dan pengawasan yang cermat diperlukan untuk menjaga keadilan dan integritas sistem pengawasan.

Penerapan konsep Panoptikum untuk mengalahkan kejahatan struktural juga menghadapi tantangan dan peluang ke depan. Berikut adalah beberapa tantangan dan peluang penting: 

* Tantangan

Perlindungan data dan hak asasi manusia: Pemantauan yang intensif dan terus menerus terhadap penerapan konsep Panoptikum dapat menimbulkan permasalahan perlindungan data dan pelanggaran hak asasi manusia. Perhatian khusus harus diberikan untuk menemukan keseimbangan antara pengawasan yang efektif dan perlindungan privasi individu.

penyalahgunaan kekuasaan: Bahkan sistem kontrol yang kuat bisa menjadi alat penyalahgunaan kekuasaan. Ada risiko bahwa mereka yang memiliki akses ke sistem pengawasan akan menggunakan kekuasaan mereka untuk tujuan yang tidak tepat atau merugikan orang lain. Pemantauan dan kontrol yang ketat diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan ini. Kerugian teknologi:
Sistem Panoptikum didasarkan pada teknologi yang andal dan aman. Namun, ada risiko bahwa sistem rentan terhadap serangan dunia maya, manipulasi data, atau kegagalan teknis lainnya. Untuk memenuhi tantangan ini, langkah-langkah keselamatan dan pemeliharaan yang tepat harus dilaksanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun