Mohon tunggu...
Najwa Hanifah
Najwa Hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 Kasus Asuransi Jiwasraya

3 Juni 2023   14:25 Diperbarui: 3 Juni 2023   14:25 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memberikan dasar untuk meningkatkan sistem pelacakan: Tujuan dari analisis ini adalah untuk meletakkan dasar perbaikan sistem pengendalian pada industri asuransi dengan menggunakan konsep Panopticon. Dengan mengidentifikasi kelemahan pengawasan dan menekankan pentingnya transparansi dan pengaruh yang dijanjikan, langkah-langkah yang diperlukan dapat diambil untuk memperkuat sistem kontrol dan mencegah penyalahgunaan di masa depan.

Pentingnya analisis menggunakan konsep Panopticon dalam kasus Asuransi Jiwasraya adalah mengaitkan permasalahan yang dihadapi perusahaan dengan kerangka kerja yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham. Dengan menerapkan konsep panoptik, aspek-aspek esensial dalam kasus ini dapat diungkap, seperti minimnya pengawasan aktif, minimnya transparansi, dan pengaruh yang dijanjikan. Analisis ini dapat memberikan wawasan baru dan perspektif yang berbeda untuk memahami kompleksitas kasus Asuransi Jiwasraya dan memberikan landasan untuk memperbaiki sistem kontrol di industri asuransi. Penerapan pendekatan panoptik pada kasus Asuransi Jiwasraya dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab kegagalan regulasi dan dampaknya terhadap stabilitas perusahaan dan industri asuransi secara keseluruhan.

Berikut adalah beberapa aspek penerapan konsep panoptikon dalam kasus ini: 

Kurangnya pemantauan aktif: Konsep panoptikon menekankan pentingnya pengawasan yang terus menerus dan berkesinambungan. Dalam kasus Jiwasraya, terdapat kelemahan dalam sistem pengawasan aktif praktik investasi perseroan. Kurangnya pengawasan yang efektif berarti praktik investasi yang berisiko tidak diperhatikan. Pengawasan yang lebih ketat dan pemantauan yang lebih aktif dapat mencegah praktik berbahaya dan melindungi kepentingan pemegang polis.

Kurangnya transparansi: Konsep Panoptikum juga menekankan pentingnya transparansi dalam pengawasan. Dalam kasus Jiwasraya, minimnya transparansi praktik investasi perseroan membuat sulitnya kontrol dan rawan penyimpangan. Informasi tersembunyi atau sulit diakses memungkinkan praktik jahat tidak terdeteksi. Peningkatan transparansi operasi perusahaan asuransi dapat memperkuat pengawasan dan meningkatkan kepercayaan publik.

Efek yang dijanjikan: Konsep Panopticon menekankan bahwa keberadaan pengawasan dapat mempengaruhi perilaku individu. Dalam kasus Jiwasraya, adanya kontrol yang tidak memadai bisa jadi membuat internal perusahaan terkesan tidak diperhatikan atau dianggap tindakannya. Ini dapat berkontribusi pada munculnya praktik berbahaya. Penerapan konsep panoptikon, yaitu. H. menciptakan persepsi bahwa pengawasan selalu ada dan tindakan dicatat dapat membantu mencegah pelanggaran dan penipuan di perusahaan asuransi.

Dalam konteks kasus asuransi Jiwasraya, penerapan konsep panoptik dapat memberikan gambaran kegagalan regulasi yang lebih komprehensif dan memberikan dasar untuk perbaikan sistem regulasi. Dengan pengawasan yang lebih ketat, transparansi dan leverage yang lebih besar, perusahaan asuransi dapat menciptakan lingkungan yang lebih akuntabel, menghindari praktik berbahaya, dan menjaga stabilitas di seluruh industri asuransi.

Ada tantangan dan batasan tertentu dalam menerapkan konsep panoptikon untuk praktik pengawasan dan kontrol. Berikut adalah beberapa tantangan dan keterbatasan yang mungkin Anda temui:

Resistensi individu: Konsep Panoptikum didasarkan pada kontrol terpusat dan pemantauan terus menerus. Namun, mungkin ada penolakan terhadap sistem individu atau kelompok yang dipantau ini. Mereka mungkin mempertanyakan kekuatan dan otoritas yang melakukan kontrol.

penyalahgunaan kekuasaan: Sistem panoptik dapat memberikan kekuatan yang besar bagi mereka yang mengendalikannya. Hal ini membuka peluang untuk penyalahgunaan kekuasaan, intimidasi atau pelanggaran privasi individu, yang bertentangan dengan tujuan awal dari sistem pengawasan.

Abaikan cacat struktural: Dalam konsep panoptik, fokus pada kontrol individu dapat mengaburkan pemahaman tentang cacat struktural yang dapat terjadi pada sistem. Sistem pemantauan ini tidak selalu mendeteksi kesalahan struktural dan kegagalan sistem yang mendasarinya.

Biaya dan Kompleksitas: Memperkenalkan sistem panoptik skala besar dapat melibatkan biaya yang signifikan. Pengorganisasian infrastruktur yang diperlukan untuk pengawasan terus menerus, termasuk teknologi dan sumber daya manusia, dapat menjadi kompleks dan padat sumber daya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun