"Anj---" umpatan kotor itu nyaris saja keluar dari mulut Viona jika saja tangannya tak disenggol oleh Elina. Gadis berkacamata itu berdeham. Gadis itu bergumam mengungkapkan kekesalannya ketika Vira berbincang dengan temannya yang bernama Luna.
Baik Viona, Elina dan Lara kini berbicara dengan tatapan mata dan ekspresi, saling kode. "Jadi, Lo mau pergi nih, Vir?" tanya Lara ketika Vira kembali.
Vira tertawa canggung. "Maaf ya, gue pergi dulu. Ada acara penting nih" ujarnya pelan.
"Maaf ya, Vira gue ajak pergi dulu" Luna yang mengerti kondiri memutuskan ikut berbicara.
"Maaf, ga dimaafin. Dah sana pergi" ujar Elina ketus.
Hari itu Vira benar-benar pergi tanpa berbalik dan mereka tak pernah mertemu ataupun berbicara secara langsung. Vira mulai bolos dan sering terlambat bahkan tak mengerjakan tugas hingga pada suatu ketika Vira mengajak bertemu, di rumahnya.
Kala itu musim kemarau. Udara di Laut terasa panas di siang hari. Laut? Ya lau karena rumah Vira memang terletak di pesisir. Mereka berempat duduk di sebatang kayu yang berada di bawah pohon Waru seraya menatap hamparan ombak. Mereka sengaja memilih tempat tersebut agar bisa berteduh sekaligum menikmati pemandangan pantai.
"Gue pengen punya nilai memuaskan di ujian sekolah nanti. Ajarin gue belajar dong"
"Hah?!" Elina yang biasanya lemot kini justru menjadi orang yang paling cepat menangkap ucapan Vira. "Lo nggak serius, kan?" tanyanya memastikan.
Viona bertepuk tangan kagum. "Kesambet apa lo pengen belajar. Mana ujian sekolah tinggal 3 bulan lagi"
Vira terkekeh melihat ekspresi kaget teman-temannya. "Gue pengen setidaknya punya nilai memuaskan saat SMA. Ya Gue sadar aja kalau selama ini gue udah dimanfaatin sama Luna. Gue pengen berubah dan Gue juga sadar kalau kalian teman terbaik gue. Kalian mau kan bantu gue?"