"Vira!" Lara yang biasanya cuek dengan keadaan kini berseru nyaring. Membuat gadis yang dipanggil namanya itu menoleh seraya menyipitkan mata.
Viona diam. Bersiap menerima respon dari gadis bernama Vira. Mana mungkin Viona tak mengenalnya. Dulu mereka berempat pernah dekat sekali. Bahkan Viona dan Vira sudah salah mengenal sejak SD. Hanya saja komunikasi mereka terputus setelah masuk SMA. Jujur, Ia merasa sedikit canggung. Viona masih ingat sekali kejadian itu. suatu masalah yang meembuat mereka seperti sekarang ini.
Kejadian ini bermula dari 3 tahun yang lalu, tepat ketika mereka diterima sebuah SMA yang ada di kecamatan tempat mereka tinggal. Kala itu, diantara mereka berempat hanya Vira yang memilih jurusan berbeda sehingga merekapun harus ditempatkan di kelas yang jauh. Sebenarnya diantara mereka berempat hanya Viona dan Lara yang berada dalam kelas yang sama sedangkan Elina di tempatkan di kelas yang letaknya tepat di sebelah kelas yang mereka tempati. Bedanya, Elina, Viona dan Lara tetap bertemu secara rutin saat jam pulang sekolah, sedangkan Vira serasa berada dalam dunianya sendiri.
Vira memang nakal. Awalnya, perilaku bandelnya ini memang masih wajar. Namun, lama-kelamaan kenakalan gadis ini mulai tak bisa dikendalikan. Pada saat itu Vionalah yang paling marah atas beruahnya sifat Vira.
"Dari 30 orang dikelas, 136 orang di jurusan, dan ratusan orang disekolah ini, kenapa sih, Lo harus temenan sama mereka? Udah tau Lo di goblokin masih mau aja lo pergi sama mereka" Teras rumah Viona menjadi saksi marahnya gadis itu pada Vira.
Elina mengangguk-angguk, mencomot kue yang sebenarnya gagal ia buat tadi. Padahal kue itu tadinya akan dijadikan sebagai kue untuk merayakan ulang tahun Viona. "Sorry ya, bukannya sok, tapi gue juga melarang keras Lo temenan sama mereka. Semenjak temenan sama mereka, nilai Lo hancur. Lo nggak kasihan sama Ibu dan almahrum bapak Lo kalau Lo sampai gak naik kelas? Intinya gue ga suka sama Luna atau siapapun temen Lo itu" Padahal selama ini Elina tidak pernah berkata terang-terangan. Apalagi ketika menjelekkan seseorang. Gadis itu selalu berpikir dua kali ketika hendak berbicara. Tapi kali ini gadis itu justru melontarkan kalimat negatif di kepalanya dengan santai tanpa pikir panjang.
Vira memanyunkan bibirnya. Tadinya ia hanya ingin bercerita kenapa pula jadi ia yang kena marah. "Tapi cuma mereka yang mau temenan sama gue di sekolah---"
"Ya terus lo nganggap kita apa?" Lara berdecak sebal. "Lo aja yang ga bisa pilih sirkel pertemanan. Giliran dimanfaatin ngeluh, tapi disuruh menjauh ga mau" Gadis itu merengut kesal. Kapan Vira sadar bahwa ia sedang dimanfaatkan.
"Dah ah, ganti topik. Gue ga mau hari ulang tahun gue hancur gara-gara si Lu---"
Tin tin!!!
"Vira!" Suara kalakson motor diiringi teriakan yang memekakan telinga berhasil memotong ucapan Viona. Tak lama kemudian, oran tang menjadi topik bahasan mereka itu datang seraya menaiki sepeda motor. "gue tadi ke rumah Lo, katanya Lo ada di sini. Ikut gue pergi yuk. Tapi gue pinjem baju Lo ya, yakali gue pergi pakai baju buluk" ujar Luna dengan nada manja khasnya.