Mohon tunggu...
Nailis Saniyyah
Nailis Saniyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis/lumayan terbuka pada sosial/konten favorit tentang kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemilik Hadiah Terbaik

10 November 2023   17:09 Diperbarui: 10 November 2023   17:17 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingga kembali terdiam. Sama halnya dengan Bastian, dia pun tidak ingin membahas ini namun semuanya harus diselesaikan. Karena mereka tidak akan pernah bisa lari selamanya. Bastian masih memiliki orang tua yang masih peduli padanya meskipun agak sedikit keras. Berbeda dengan Lingga, bahkan mungkin satu dunia sudah tidak peduli lagi dengan keberadaannya.

"Bas, gapapa ya kita selesai disini? Kamu manusia baik yang masih dibutuhin banyak orang. Kamu anak laki-laki yang selalu bisa buat orang tua kamu bangga dari kecil. Jadi aku mohon ya, Bas. Gapapa kali ini kamu ngalah lagi demi orang tua kamu?"

Bastian tersenyum sinis. Bukan senyuman biasa yang selama ini Lingga lihat. Melainkan senyuman yang amat sangat berbeda. Senyum penuh luka dan rasa benci didalamnya. Lingga berusaha sekuat tenaga untuk menatap Bastian. Menahan semua rasa sakit yang dia rasa.

"Serius kamu nyuruh aku buat nyerahin diri kerumah itu lagi? Serius kamu nyuruh aku buat ngalah lagi, Lin? Kamu sadar sama ucapan kamu?"

"Iya aku sadar. Makanya aku bawa kamu kesini lagi."

"Oke. Aku pulang dan kita selesai." Ucap Bastian membuat Lingga menatapnya dengan terkejut. Tidak menyangka bahwa Bastian akhirnya menyerah.

"kenapa kaget? Ini kan yang kamu mau denger dari aku? Yaudah aku ikutin. Aku ngalah, aku nyerahin diri kerumah itu. Rumah orang tua aku. Aku  bakal nikah sama Alin sesuai dengan rencana orang tuaku. Itu kan tujuan kamu bawa aku kesini? Aku Cuma mau mempermudah tujuan kamu biar gak sia-sia dateng kesini." Ucap Bastian dengan nada yang berubah dingin. Benar-benar bukan Bastian yang Lingga kenal yang penuh dengan kehangatan. Lingga berhasil membuat Bastian berubah dalam waktu yang cepat.

Lingga tak bisa berkata apa-apa. Benar. Dia yang mengingkan Bastian untuk kembali kepada orang tuanya, untuk kembali kedalam rumah yang benar benar siksaan bagi Bastian, untuk kembali mengalah menikah dengan gadis yang sejak lama dijodohkan orang tuanya. Alin, gadis manis dari orang tua yang cukup berada didesanya. Satu desa dengan Bastian dan Lingga. Orang tua Bastian tidak pernah mengizinkan Lingga hadir dihidup Bastian. Karena satu desa tahu bagaimana dia diasingkan oleh saudara-saudaranya sejak orang tuanya meninggal. Bagi saudara-saudaranya, Lingga adalah pembawa sial. Namun, berbeda dengan dengan Bastian, lelaki yang sejak dulu tidak pernah mendengarkan apapun ucapan orang-orang terhadap Lingga. Baginya, Lingga adalah gadis cantik dengan sejuta keindahan didalamnya.

"Terima kasih buat perjalanan-perjalanannya, Lin. Terima kasih udah kuat sejauh ini. Janji satu hal sama aku, Lin"

"Apa, Bas?" Tanya Lingga dengan sangat pelan. Membiarkan air mata yang sejak tadi dia tahan terjatuh, mengalir dengan deras begitu saja. Bastian menghela napasnya berat. Melihat Lingga menangis adalah kebencian tersendiri baginya. Cita-cita Bastian sejak dulu adalah membuat Lingga selalu bahagia, bukan menangis seperti ini.

"Janji buat terus bahagia, ya. Dengan atau engga sama aku, kamu harus terus bahagia setelah ini. Janji ya, Lin?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun