"pertanyaan kamu indah banget kali ini, Lin"
Lingga bingung mendengar ucapan Bastian.
"Apanya yang indah? Aku cuma nanya biasa aja perasaan" ujar Lingga keheranan.
"Iya indah, karena jawaban nya adalah kamu" ucap Bastian pelan tanpa menoleh kearah Lingga.
Lingga hanya bisa menatap Bastian dengan tatapan yang makin kebingungan. 'kenapa pembahasan nya jadi rumit' Lingga berujar dalam hati.
Bastian yang mengerti dengan Lingga yang hanya diam menatapnya, menoleh ke arah Lingga. Memberikan senyum manis yang dimiliki oleh Bastian. Paham bahwa Lingga tidak mengerti maksud ucapan nya kali ini.
"Kenapa malah senyum-senyum sih, Bas" Lingga berkata dengan sedikit kesal.
"Aku cuma senyum lho, kenapa kamu kesal, Lin?" Tanya Bastian yang justru membuat Lingga makin kesal. Bastian terkekeh melihat wajah Lingga yang terlihat mulai memerah, yang seolah-olah bisa saja meledak kapanpun.
"Aku gak nemuin hadiah terbaikku di tahun ini, Lin" Ucap Bastian.
Lingga masih enggan menoleh kearah Bastian, masih marah ternyata. Namun, telinganya dia pasang dengan baik ketika mendengar nada bicara Bastian yang mulai terdengar serius.
"Aku gak nemuin hadiah terbaikku di tahun ini karena aku udah nemuin hadiah terbaikku ditahun-tahun sebelumnya."