"Bukan gak punya. Tapi kamu yang belum merancang hidup kamu mau jadi seperti apa di kemudian hari."
"Aku bebas pilih tujuan hidup aku kan, Bas?"
"Bebas apapun itu. Asal janji buat terus bahagia." Lingga kembali terdiam. Kembali menatap lautan yang luas seolah-olah laut adalah objek yang paling menarik ketimbang Bastian yang justru kini tengah menatapnya sangat dalam.
Tiba-tiba saja Lingga bangkit dari tempatnya duduk dan berjalan pelan menghampiri nelayan yang sedang fokus mengendarai perahunya. Berkata sesuatu dengan pelan bahkan Bastian tidak bisa mendengar pembicaraan keduanya. Bastian hanya menatap Lingga dengan sedikit bingung, memandang Lingga dengan tatapan yang sulit diartikan. Begitu banyak perasaan yang berterbangan dikepalanya. Dan semua itu Lingga lah pusat dari isi kepala Bastian saat ini.
Setelah sekian lama mereka tiba disebuah pelabuhan. Bastian sangat terkejut dengan pemberhentian mereka kali ini. Kampung halaman Lingga dan Bastian. Bastian selalu tahu, bahwa pulang ke desanya adalah hal yang selalu menyakitkan bagi Lingga, begitupun Bastian. Lingga kehilangan sosok orang tuanya ditempat ini dan diasingkan oleh saudara-saudaranya, Bastian yang ternyata memiliki orang tua lengkap namun hidup dengan penuh rekayasa. Namun sekarang, justru mereka harus kembali ke tempat ini setelah sekian bulan lamanya mereka pergi. Bastian menoleh kearah Lingga seolah meminta penjelasan atas semua ini. Sedangkan Lingga, hanya terdiam sambil tersenyum manis tanpa menoleh kearah Bastian sedikitpun.
"Kenapa, Lin?" Tanya Bastian akhirnya mencoba untuk tetap tenang.
"Kenapa apanya, Bas?" Tanya balik Lingga.
"Kenapa tempat ini? Bukannya kita udah sepakat buat gak balik lagi kesini?" Tanya Bastian heran. Semakin heran melihat Lingga yang dengan santainya turun dari perahu. Mau tak mau Bastian ikut turun mengikuti Lingga. Masih diam, Lingga menatap lurus kedepan dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah perasaan rindu atau justru perasaan menyakitkan itu terlahir kembali. Benar-benar membuat Bastian menatap Lingga dengan penuh keheranan. Bagaimana mungkin tempat ini yang akhirnya dipilih Lingga untuk berlabuh.
Lingga berjalan pelan menyusuri pelabuhan yang ramai oleh manusia-manusia yang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Menyusuri jalan yang sudah berbulan-bulan lamanya tidak dia datangi. Berjalan dengan sesekali perasaan sesak yang masih menghuni hati Lingga. Bastian meenyadari bahwa rasa sakit itu masih tidak bisa hilang dari diri Lingga. Maka dari itu, Bastian dengan segera menahan tangan Lingga sebelum langkahnya semakin masuk ke desa dan orang-orang akan mulai menyadari kedatangan mereka.
"Jawab aku, Lin. Buat apa kita kesini lagi?" Tanya Bastian. Kali ini dengan nada yang berbeda. Cukup tegas. Sehingga membuat Lingga sedikit kaget karena Bastian tidak pernah berbicara seperti itu padanya.
"Jawab! Kenapa tempat ini?! Kamu mau pulang? Mau nerima semuanya? Mau hidup ditempat ini lagi?" Tanya Bastian lagi. Lingga menggeleng pelan. Bukan. Bukan dia yang akan pulang. Melainkan hanya Bastian yang akan pulang.