Mohon tunggu...
Naila Anjani
Naila Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

kalau orang lain bisa kenapa saya tidak?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Menghadapi Orang dengan avoidant Attachment, Faktor Penyebab, dan Dampaknya

14 Desember 2024   21:56 Diperbarui: 14 Desember 2024   21:56 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Avoidant Attachment (Sumber: https://images.app.goo.gl/kBQaG3MuPYrN9wz46)

Avoidant attachment adalah salah satu gaya keterikatan dalam teori keterikatan (attachment theory), yang ditandai dengan kecenderungan seseorang untuk menghindari keintiman emosional. Orang dengan gaya keterikatan ini cenderung mengutamakan kemandirian, sulit mengekspresikan emosi, dan merasa tidak nyaman dalam hubungan yang terlalu dekat.

Mereka mungkin tampak dingin atau tidak terlibat dalam hubungan, tetapi sebenarnya ini adalah respons yang berkembang sebagai mekanisme perlindungan. Untuk menghadapi mereka, penting memahami penyebab, dampak, serta cara membangun hubungan yang sehat.

Faktor Penyebab Avoidant Attachment

1. Pengalaman Masa Kecil:
   - Pengabaian emosional oleh orang tua atau pengasuh.
   - Pola asuh yang terlalu kritis atau tidak responsif terhadap kebutuhan emosional anak.

2. Trauma dan Pengalaman Negatif:
   - Pengalaman penolakan atau kehilangan dalam hubungan sebelumnya.
   - Trauma emosional seperti perceraian orang tua atau konflik dalam keluarga.

3. Faktor Kepribadian dan Genetik:
   - Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dan kecenderungan kepribadian tertentu dapat memengaruhi gaya keterikatan seseorang.

4. Lingkungan Sosial:
   - Tekanan dari lingkungan yang menuntut kemandirian ekstrem tanpa dukungan emosional.

Dampak Avoidant Attachment

1. Dalam Hubungan Pribadi:
   - Kesulitan membangun hubungan yang mendalam dan bermakna.
   - Cenderung menghindari konflik dengan menarik diri, bukan menyelesaikannya.
   - Ketegangan dalam hubungan karena pasangan atau orang terdekat merasa diabaikan.

2. Dalam Kehidupan Profesional:
   - Kemampuan untuk bekerja secara mandiri dapat menjadi keunggulan, tetapi juga dapat menciptakan kesulitan dalam kerja tim.
   - Kurangnya kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal yang kuat dengan kolega.

3. Dampak Jangka Panjang:
   - Rasa kesepian yang meningkat karena kurangnya hubungan emosional yang kuat.
   - Kemungkinan mengembangkan gangguan kecemasan atau depresi akibat ketidakmampuan menjalin keintiman.


Cara Menghadapi Orang dengan Avoidant Attachment

1. Bersabar dan Memberikan Ruang
   Orang dengan avoidant attachment membutuhkan waktu untuk merasa nyaman. Jangan memaksa mereka untuk terbuka, karena ini dapat membuat mereka semakin menarik diri. Berikan ruang agar mereka merasa dihormati dan diterima.

2. Ciptakan Lingkungan yang Aman
   Lingkungan yang mendukung tanpa tekanan memungkinkan mereka merasa aman untuk mulai membuka diri. Tunjukkan bahwa Anda menghormati batas-batas mereka.

3. Fokus pada Komunikasi Non-Konfrontatif
   Hindari konfrontasi langsung atau tuduhan yang bisa membuat mereka merasa terpojok. Gunakan bahasa yang empatik dan beri kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan diri.

4. Tunjukkan Kepercayaan dan Konsistensi
   Konsistensi dalam tindakan Anda menunjukkan bahwa Anda dapat diandalkan. Hal ini membantu membangun rasa percaya dalam hubungan.

5. Jadilah Pendengar yang Baik
   Dengarkan mereka tanpa menghakimi atau mencoba memperbaiki masalah mereka. Kadang-kadang, orang dengan avoidant attachment hanya ingin didengar tanpa merasa dikendalikan.

6. Hindari Mengontrol atau Memaksa
   Pendekatan yang terlalu dominan atau kontrol berlebih hanya akan memperburuk situasi. Sebaliknya, berikan kebebasan kepada mereka untuk membuat keputusan sendiri.

7. Berikan Dukungan Tanpa Tuntutan
   Tunjukkan bahwa Anda mendukung mereka, tetapi tanpa menuntut imbal balik yang langsung. Dukungan yang tulus akan membuat mereka merasa dihargai.

Strategi Jangka Panjang untuk Membangun Hubungan

1. Edukasi dan Pemahaman Bersama:
   Mengedukasi diri Anda dan orang tersebut tentang attachment theory dapat membantu keduanya memahami pola-pola perilaku yang muncul dalam hubungan.

2. Bekerja Sama dengan Profesional:
   Terapi individu atau pasangan dapat membantu mengatasi hambatan emosional dan pola keterikatan yang kurang sehat.

3. Mengembangkan Keintiman Secara Bertahap:
   Jangan terburu-buru dalam membangun keintiman. Biarkan hubungan berkembang secara alami dengan menunjukkan kepercayaan dan penerimaan.

4. Fokus pada Pertumbuhan Diri:
   Jangan lupa untuk tetap menjaga keseimbangan dalam hidup Anda. Pastikan Anda juga merawat kebutuhan emosional Anda sendiri.

Menghadapi orang dengan avoidant attachment bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama karena mereka sering kali terlihat "baik-baik saja" secara permukaan. Namun, penting untuk diingat bahwa gaya keterikatan ini adalah hasil dari pengalaman mereka di masa lalu, dan sering kali tidak sepenuhnya mencerminkan siapa mereka sebenarnya. Dengan pendekatan yang sabar dan penuh pengertian, saya percaya bahwa hubungan yang bermakna masih bisa terjalin.

Sebagai pribadi, saya merasa bahwa membangun kepercayaan adalah kunci. Jika kita memberikan lingkungan yang aman dan konsisten, mereka akan belajar untuk percaya bahwa tidak semua orang akan menyakiti mereka. Pengalaman saya menunjukkan bahwa meskipun prosesnya memakan waktu, perubahan kecil yang konsisten dapat membawa perbedaan besar.

Referensi:
1. "Cara Menghadapi Pasangan Avoidant Attachment," Popbela.
2. "4 Cara Menghadapi Pasangan Avoidant Attachment," Kumparan.
3. "5 Cara Dekat dengan Pasangan yang Punya Avoidant Attachment Issue," Beautynesia.
4. Teori Keterikatan oleh John Bowlby dan Mary Ainsworth.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun