Tingginya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan Generasi Z dan Milenial membuat mereka enggan terjebak dalam pekerjaan yang merugikan kesejahteraan mental mereka.
Soft quitting menjadi cara bagi mereka untuk menjaga diri dari burnout atau kelelahan kerja yang berkepanjangan. Mereka percaya bahwa kualitas hidup tidak boleh dikorbankan hanya demi pekerjaan.
Dampak Soft Quitting pada Dunia Kerja
Fenomena ini membawa dampak besar pada perusahaan. Ketika karyawan memilih untuk hanya memenuhi standar minimum, hal ini berpotensi mengurangi produktivitas dan inovasi di lingkungan kerja.
Di sisi lain, fenomena ini juga menjadi pengingat bagi perusahaan untuk mempertimbangkan ulang ekspektasi dan nilai kerja mereka, serta menciptakan lingkungan yang lebih mendukung kesejahteraan karyawan.
Beberapa dampak yang mungkin terjadi akibat fenomena ini antara lain:
- Turunnya loyalitas karyawan:
Soft quitting bisa menjadi awal dari resign atau pindah ke perusahaan yang menawarkan keseimbangan kerja yang lebih baik.
- Berkurangnya inovasi dan kreativitas:
Saat karyawan hanya bekerja sesuai standar minimum, inisiatif untuk inovasi dapat menurun.
- Tantangan dalam manajemen:
Perusahaan perlu beradaptasi dengan gaya kerja generasi muda ini dan mencari cara untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keseimbangan hidup.
Solusi bagi Perusahaan Menghadapi Soft Quitting
Untuk meredam fenomena ini, perusahaan dapat melakukan beberapa langkah berikut: