Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Problematika Multitasking, Produktivitas, dan Solusinya

13 September 2024   14:09 Diperbarui: 13 September 2024   14:13 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Multitasking (sumber gambar: Freepik)

Dalam kehidupan modern yang serba cepat, multitasking telah menjadi kebiasaan umum bagi banyak orang. Dari mengirim pesan teks sambil mendengarkan podcast hingga bekerja sambil memeriksa media sosial, multitasking dianggap sebagai cara yang efisien untuk menyelesaikan lebih banyak tugas dalam waktu singkat. 

Namun, benarkah manusia mampu melakukan multitasking dengan efektif? Artikel ini akan membahas pandangan ilmiah terkait multitasking, bagaimana otak manusia bekerja, serta dampaknya terhadap produktivitas dan kinerja.

Apa Itu Multitasking?

Secara sederhana, multitasking adalah kemampuan untuk melakukan dua atau lebih tugas secara bersamaan. Sebagai contoh, mengetik email sambil berbicara di telepon, atau membaca dokumen sambil memutar musik. 

Dalam teori, multitasking terdengar sebagai cara yang ideal untuk menyelesaikan banyak hal, namun kenyataannya tidak sesederhana itu.

Bagaimana Otak Manusia Bekerja?

Penelitian menunjukkan bahwa otak manusia sebenarnya tidak dirancang untuk melakukan multitasking dalam arti yang sebenarnya. 

Menurut sebuah studi dari American Psychological Association (APA), otak manusia bekerja paling baik ketika fokus pada satu tugas dalam satu waktu. Ketika kita berusaha melakukan lebih dari satu hal sekaligus, otak tidak benar-benar melakukan multitasking, tetapi berpindah-pindah dengan cepat dari satu tugas ke tugas lainnya. Proses ini disebut "task switching".

Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Experimental Psychology, peneliti menemukan bahwa task switching membutuhkan waktu dan mengurangi efisiensi. Setiap kali otak berpindah tugas, dibutuhkan waktu tambahan untuk "beralih fokus" dan memproses informasi yang baru. 

Hal ini menyebabkan penurunan produktivitas, meskipun banyak orang merasa bahwa mereka sedang menyelesaikan lebih banyak hal.

Dampak Multitasking pada Produktivitas

Meskipun multitasking tampak seperti cara yang efisien untuk menyelesaikan berbagai tugas, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa hal ini sebenarnya justru dapat merugikan. 

Sebuah studi dari Stanford University menemukan bahwa orang yang sering melakukan multitasking digital (misalnya, menggunakan banyak perangkat elektronik sekaligus) cenderung memiliki kesulitan dalam menyaring informasi yang tidak relevan dan lebih lambat dalam berpindah antara tugas-tugas dibandingkan dengan mereka yang lebih fokus pada satu tugas dalam satu waktu.

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa multitasking dapat menyebabkan penurunan kognisi, mempengaruhi daya ingat, dan menurunkan kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi. 

Dalam jangka panjang, multitasking yang terus-menerus dapat menyebabkan stres dan kelelahan mental.

Multitasking dan Kinerja

Multitasking juga mempengaruhi kualitas kinerja seseorang. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of London menemukan bahwa multitasking dapat menyebabkan penurunan IQ sementara yang setara dengan kehilangan tidur semalaman. 

Hal ini menunjukkan bahwa multitasking tidak hanya mengganggu produktivitas, tetapi juga merusak kualitas hasil kerja.

Selain itu, multitasking dapat mengganggu kemampuan untuk memproses informasi secara mendalam. Misalnya, ketika seseorang mencoba membaca laporan penting sambil memeriksa media sosial, mereka mungkin melewatkan detail penting dari laporan tersebut. 

Hal ini disebabkan oleh perhatian yang terbagi dan ketidakmampuan otak untuk fokus secara optimal pada kedua tugas secara bersamaan.

Apakah Ada Manfaat dari Multitasking?

Meskipun banyak bukti yang menunjukkan bahwa multitasking dapat berdampak negatif pada kinerja dan produktivitas, beberapa jenis multitasking ringan mungkin tidak terlalu merugikan. 

Misalnya, aktivitas yang tidak memerlukan konsentrasi mendalam, seperti mendengarkan musik sambil melakukan pekerjaan rumah, mungkin tidak terlalu mempengaruhi kinerja. 

Namun, ini berbeda ketika seseorang berusaha melakukan dua tugas yang sama-sama membutuhkan perhatian kognitif penuh.

Sebuah studi dari Harvard Business Review menyatakan bahwa multitasking sederhana, seperti melakukan tugas fisik sambil berpikir atau merencanakan sesuatu, dapat membantu mengoptimalkan waktu. 

Namun, ketika melibatkan tugas kognitif yang rumit, seperti mengerjakan laporan sambil berkomunikasi dengan orang lain, multitasking dapat menurunkan efektivitas.

Cara Mengurangi Multitasking dan Meningkatkan Produktivitas

Jika multitasking bukanlah solusi yang efektif untuk meningkatkan produktivitas, bagaimana kita dapat bekerja lebih efisien? 

Berikut beberapa cara untuk mengurangi multitasking dan meningkatkan fokus:

1. Prioritaskan Tugas  

Buat daftar tugas harian dan kerjakan satu per satu berdasarkan prioritas. Dengan cara ini, Anda dapat memastikan setiap tugas diselesaikan dengan baik tanpa perlu membagi perhatian.
 
2. Gunakan Teknik Pomodoro  

Teknik Pomodoro melibatkan bekerja selama 25 menit tanpa gangguan, diikuti oleh istirahat singkat. Metode ini membantu menjaga fokus dan mencegah kelelahan akibat multitasking.
 
3. Matikan Notifikasi 

Gangguan digital, seperti notifikasi media sosial atau email, sering kali memicu multitasking. Matikan notifikasi saat Anda sedang fokus pada satu tugas agar tidak terganggu.
 
4. Berlatih Mindfulness 

Mindfulness atau kesadaran penuh dapat membantu meningkatkan kemampuan Anda untuk fokus pada satu tugas. Dengan melatih pikiran untuk tetap pada tugas yang sedang dikerjakan, Anda dapat mengurangi kecenderungan multitasking.

Dari sudut pandang ilmiah, multitasking bukanlah solusi yang efektif untuk menyelesaikan berbagai tugas secara bersamaan. 

Otak manusia tidak dirancang untuk memproses banyak informasi secara paralel, tetapi lebih pada berpindah-pindah tugas dengan cepat, yang justru mengurangi produktivitas dan kualitas kerja. 

Untuk bekerja lebih efisien, fokus pada satu tugas dalam satu waktu dan hindari gangguan yang memicu multitasking. 

Meskipun multitasking ringan dapat diterima dalam beberapa situasi, dalam pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, lebih baik fokus pada satu hal untuk hasil yang optimal.

Rujukan:  

- American Psychological Association. (2023). "Multitasking: Switching costs."

- Ophir, E., Nass, C., & Wagner, A. D. (2009). "Cognitive control in media multitaskers." Proceedings of the National Academy of Sciences.

- Gazzaley, A., & Rosen, L. D. (2016). "*The Distracted Mind: Ancient Brains in a High-Tech World.*" MIT Press.  

- Harvard Business Review. (2020). "Why Multitasking Doesn't Work (and What to Do Instead)."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun