Kurikulum nasional cenderung terlalu padat dengan materi yang bersifat teoritis. Akibatnya, siswa sering kali kewalahan dan kesulitan memahami materi secara mendalam dalam waktu yang terbatas.
2. Kualitas Pengajaran yang Tidak Merata
Meskipun ada sekolah-sekolah unggulan yang menyediakan pengajaran berkualitas, banyak sekolah di daerah-daerah yang masih menghadapi masalah dengan kualitas pengajaran. Guru-guru mungkin tidak memiliki pelatihan yang memadai atau akses ke sumber daya yang diperlukan untuk mengajar dengan efektif.
3. Penekanan pada Nilai Ujian
Sistem pendidikan di Indonesia sangat menekankan pada nilai ujian sebagai ukuran keberhasilan. Hal ini mendorong siswa dan orang tua untuk mencari segala cara, termasuk bimbel, untuk memastikan bahwa mereka bisa mendapatkan nilai yang tinggi.
4. Minimnya Fokus pada Pengembangan Keterampilan Hidup
Pendidikan formal di Indonesia masih terlalu fokus pada penguasaan pengetahuan akademis dan kurang menekankan pada pengembangan keterampilan hidup, seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi.
Bimbel sering kali dianggap sebagai cara untuk mengisi kesenjangan ini, meskipun pada kenyataannya, bimbel cenderung juga berfokus pada aspek akademis.
Dampak dan Harapan
Sementara bimbel menawarkan solusi jangka pendek untuk masalah-masalah dalam sistem pendidikan, ketergantungan yang berlebihan pada bimbel juga memiliki dampak negatif.
Salah satunya adalah meningkatnya ketimpangan pendidikan, di mana hanya siswa dari keluarga yang mampu membayar bimbel yang bisa mendapatkan keuntungan tambahan ini.