“Mau bukti lagi? Merry Riana. Ia merupakan motivator handal. Dalam keterbatasannya, ia mampu sukses di Singapura. Jadi, masihkah kalian ragu kalau perempuan bisa memimpin?”
“Sorry. Aku memang bodoh,” sesal Angga.
“Aku juga minta maaf ya?” timpal Raka.
“Kami sudah memafkan kalian.”
“Dan ingat kalian tidak bodoh. Kita punya hak yang sama untuk belajar dan melawan kebodohan,” ucap Asya.
“Ayo, kita harus menanamkan kesetaraan gender!” seru Angga.
“Eits, tapi ingat! Kesetaraan gender tidak harus di pandang sebagai hak dan kewajiban yang sama persis tanpa pertimbangan lagi, ya. Tidak semuanya harus mutlak sama dengan laki-laki. Karena pada dasarnya, perempuan tidak akan siap jika harus melakukan suatu hal berat yang biasa di tanggung laki-laki” jelas Naya.
“Jadi kita harus berusaha seimbang, kita tahu konsepnya dan belajar mengaplikasannya juga di kehidupan sehari-hari. Setuju?” tambah Asya.
“Setuju!” jawab mereka kompak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H