“Kenapa malah bawa keadilan, sih? Gak nyambung Nay!” tanya Raka heran.
Sebelum Naya menjawab, Angga datang menyapa mereka.
“Nih lagi Angga, kenapa baru datang? Lihat tuh, temanmu yang lemah lagi kesusahan!” sindir Asya yang ditujukan kepada Raka.
Raka mulai tersulut emosi dan mencoba menahannya. Sedangkan Naya menyenggol bahu Asya sambil memberi peringatan.
“Selemah-lemahnya Raka, masih lemah kalian kali! Hahaha.”
Ucapan Angga dihadiahi tatapan tajam yang menusuk dari Asya. Naya menyadari situasi ini, lalu mengajak Asya pergi. Namun baru selangkah, terdengar lagi suara Angga.
“Eh, ketua osis mau kemana?”
Naya yang merasa pun menoleh. “Tidak ada lagi kan, yang harus kita lakukan disini?”
Angga tersenyum tipis, namun meremehkan. “Memang tidak ada sih, cuma aku penasaran aja kenapa seorang Naya bisa menjadi ketua osis. Iya nggak, Ka?”
“Iya. Mana perempuan lagi, hahaha.”
“Iri? Bilang bos!”