Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Membaca Buku Membaca Realita Membaca Mereka

19 Agustus 2023   20:23 Diperbarui: 19 Agustus 2023   20:45 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prayakan kemerdekaan kampungku/Dokpri

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

selamat sore, semangat 45, merdeka!!!

Shalom, om swastyastu, namo buddhaya, wei de dong tian.

Salam sejahtera bagi kita semua, salam kebajikan.

Rahayu rahayu rahayu.

Alhamdulillah sore ini Sabtu 19 Agustus 2023 pukul 17:10 WIB aku baru sampai rumah Simbok.

Duduk langsung latihan menulis.

Tapi bukan di kompasiana, kali ini di WhatsApp lagi.

Signal ku jelek, tersambung, tidak ada internet.

Tadi pulang ba'da sholat ashar, tapi berhenti dilapangan voli cukup lama.

Nonton lomba yang diadakan oleh pemuda untuk turut memeriahkan kemerdekaan.

Sampai lomba selesai dan ngobrol dengan mas-mas KKN.

Ngobrol banyak terkait desa ini, ku lempar ide-ide liar ku kepada mereka.

Terus ini baru pulang, sampai rumah parkir motor dan langsung masuk lewat pawon.

Bapak lagi duduk diteras belakang.

"kan sawah po" tanya Bapak.

"ho'o awit maisuk" jawab ku.

"o, mampir gon Simbah?" tanya Bapak.

"mampir, maisuk, sore mau mampir lapangan voli nonton lomba" jawab ku sambil meletakkan buku.

"lha engko pengajiane nang lapangan voli po?" tanya Bapak.

"engko nang mesjid pengajiane" jawab ku sambil masuk kamar.

Meletakkan tas kecil dan ngecas hape.

Kemudian langsung buka kompasiana malah bufring tok.

Buka WhatsApp dan langsung menulis, menulis bisa dimedia apa saja.

Siang tadi tidur ku cukup nyenyak, aku tidur digubuk.

Bangun sore setengah tiga, merapihkan tempat tidur dan langsung turun ke halaman.

Menyiram tanaman, sampai semua segar bugar setelah seharian kusut kepanasan.

Ada anak-anak remaja lagi pada mancing, malah ada yang pada telanjang mandi disungai.

Kumandang adzan ashar aku masih menyiram tanaman.

Tak lama selesai menyiram terus aku nyemplung kali untuk pipis dan berwudhu.

Kemudian sholat ashar, usai sholat langsung berkemas pulang.

Dijalan setapak tengah sawah ketemu biyung Misinah bersama pakde Mustaqim pun beberapa petani lain.

"engko nek buko ning kulon wis ono sego karo pelas leh, ora usah masak, usah ngliwet" kata biyung.

"iyo yung, gampang nyong mono, banyu kali wae doyan, sing penting kanggo mbatalno puoso" jawab ku.

"hahaha, iyo engko madang njukut kulon wae" sahut biyung sambil membuka jaring penutup padi.

"ho'o wis mengko gampang" jawab ku sambil jalan lagi, dan sampai dilapangan voli.

Petani lain kami sekedar saling sapa dan basa-basi.

Pagi tadi bangun jam setengah empat, langsung beranjak ke kakus.

Tidak mandi, sekedar pipis dan berwudhu.

Kemudian aku minum air hangat, di thermos pas tinggal satu gelas gelas besar.

Sudah tidak panas, hangat tok dan langsung aku minum habiskan.

Lalu aku mengambil ceret kecil untuk merebus air lagi.

Aku gunakan api kecil dan aku tinggal ke kamar.

Sholat taubat dan sholat tahajud kemudian mengangkat air yang sudah mendidih.

Menyeduh kopi sejenak, dan aku tinggal ke kamar lagi, wirid sejenak sampai dengan jam empat lebih.

Kemudian aku beranjak sahur, Bapak sudah bangun, lagi membuat kopi dipawon.

Aku merebus mie instant untuk sahur ku tadi pagi.


"kae kapulogo sawah wis tuwo dipeti" kata Bapak sambil nyeruput kopi.

"nyong kok lagi pegel boyoke, opo maneh ngamet kapulogo ndogrok terus keju" jawab ku.

"yo teko sitik poho ra, rong dapuran kesel leren, sak ulihe" sahut Bapak.

"yo insyaAlloh engko gampang" jawab ku sambil ngangkat rebusan mie yang sudah masak.

Terus bapak pindah kedepan tipi sambil nonton.

Aku makan mie dengan sisa lepet yang ada aku habiskan.

Minum air hangat dan kopi untuk booster.

Roti kacang ijo berkat tahlil kemarin juga aku makan.

Usai makan, aku cuci mangkuk dan gelas kotor dan tak lama kumandang adzan subuh.

Bergegas ke kakus, pup sejenak sampai adzan selesai.

Kemudian gosok gigi dan berwudhu dan langsung ke kamar sholat qobliyah subuh.

Usai qobliyah langsung kumandang iqomah, tidak sempat mengunggah video ke YouTube.

Niatnya nanti saja ba'da sholat subuh baru ku unggah video.

Sholat subuh usai dan aku keluar sekitar  jam lima lebih sepuluh menit.

Biasa didepan pintu merapihkan sandal jamaah dulu.

Pulang sampai rumah langsung kakus, pipis dan berwudhu.

Kemudian masuk kamar menyiapkan barang bawaan untuk pergi ke gubuk.

Alhamdulillah sholat maghrib dan tadarus sudah terlaksana.

Pun tadi berbuka puasa alhamdulillah lauk pelas mie dan sayur terong.

Karena ini sudah kumandang adzan isya', sekarang sholat isya' dulu.

Pergi ke gubuk sekitar jam setengah enam kurang beberapa menit.

Aku naik motor, mampir ke rumah Simbah nonton TVRI Serambi Islami satu sekmen.

Pbicaranya pak ustadz Kemalsyah, tayangan ulang, jadi kurang greget aku nontonnya.

Tema taharah diri dan keluarga, kutipan menarik yang aku ambil yang intinya "untuk bisa bertemu Alloh SWT, mencapai itu harus dengan diri yang suci, suci dzohir dan batin, suci dari hadas kecil dan besar, suci dari najis kecil dan besar"

Kesucian menjadi bentuk kemurnian yang mampu menghantarkan diri menghadap pencipta.

Kondisi yang suci dapat membentengi diri dari berbagai tipu daya seytan.

Perisai diri dari banyaknya panah api seytan yang menyesatkan.

Usai nonton satu sekmen  Serambi Islami, aku bergegas pamit ke gubuk.

Keluar rumah pamit juga dengan paklik Khodirin dan langsung starter motor.

Jalan sampai masuk jalan setapak tengah sawah ketemu suwo Mardi.

Aku tawarkan untuk membonceng.

Beliau membonceng tapi sampai dijalan mulai menurun beliau turun.

Tidak berani ikut naik karena turannya cukup extreme, off road.

Sambil jalan turunan sambil ngobrol dengan suwo Mardi.

Sampai dibawah aku langsung menuju gubuk dan suwo Mardi jalan menuju sawahnya.

Beliau kesawah sepagi itu untuk menjaga padi dari serbuan burung pipit.

Sampai di gubuk, biasa aku parkir motor di halaman dibawah pohon durian.

Meletakkan tas dan hape kemudian nyemplung ke sungai untuk pipis dan berwudhu.

Kemudian masuk gubuk, tak lupa salam dan membaca mantra.

Kemudian ngecas hape dan menyalakan radio, lalu ganti pakaian dinas ku.

Ambil mushaf Yasin dan tadarus tiga surah andalan ku.

Aku tutup dengan Asma'ul Khusna.

Kemudian menyapu halaman sampai semua bersih.

Lanjut membaca buku sejenak.

Tak lama jenuh dengan suasana teras atas aku pindah ke sungai.

Ku letakkan buku diatas batu dan aku pipis lagi, wudhu lagi.

Bercengkrama sejenak dengan pak Sidul yang sedang memikul bambu lonjoran.

Dengan pak Sidul ya yang ada guyonan, orangnya suko humor.

Sembari aku mengecheck sumber mata air, pak Sidul datang lagi ambil bambu lagi.

Aku jabat dan cium tangan beliau, kami ngobrol cukup lama membahas terkait jembatan.

Aku ajak bikin jembatan disungai ini biar lewatnya enak.

Tapi nunggu beliau lego alias senggang waktunya.

Nanti bambu bisa minta ke warga, yang penting minimal ada tiga orang untuk mengerjakan.

Paling empat atau tiga bambu cukup, tapi panjang minimal enam meter.

PR kami lain waktu untuk membuat jembatan.

Sebenarnya jalan ini dahulu adalah jalan utama.

Jalan ini mati karena jalan utama dipindah ke selatan.

Tapi ini strategis banget sebenarnya, menghubungkan dukuh Wadas dan dukuh Jetis tepat depan SD Jetis.

Jalan habis tergerus oleh tanah samping sebelah jalan.

Sekarang tinggal lebar jalan kurang dari satu meter.

Yang masih lebar asli dua setengah meter cuma jalan off road tanjakan/turunan dekat gubuk tok.

Karena berbatu besar-besar jadi tidak dimakan oleh pemilik tanah sebelahnya.

Manusia memang sangat serakah, jalan habis dimakan, yang parah banget setapak tengah sawah lebar cuma sisa sekitar 60 centi meter.

Khawatir ku kalau pemakan tanah belum juga menyadari terus terbawa mati, kasihan.

Padahal ya dulunya orang   pernah ngaji di Pondok Pesantren, tapi kok ya masih doyan makan tanah seperti itu. Aztaghfirulohal adzim.

Usai ngobrol dengan pak Sidul beliau meneruskan mengambil bambu dan aku meneruskan membaca buku.

Mencari tempat yang enak yang teduh, menyusuri sungai Bulungan.

Ketemu spot yang nyaman, batu buat duduk juga nyaman, dibawah pohon bambu dekat pak Sidul menebang.

Duduk sambil nyemplungin kaki ke sungai sambil baca buku.

Ada beberapa titik sumber mata air yang cukup besar dalam satu lokasi.

Aku sempatkan mandi dan wudhu sejenak kemudian lanjut membaca buku.

Cukup lama dapat beberapa halaman, sampai cukup jenuh dan kemudian aku pulang ke gubuk.

Jalan beberapa meter ketemu paklik Mat Khairudin jalan mau keladang untuk petik kelapa.

Kami saling sapa, ku jabat dan cium tangannya, pun ngobrol sejenak.

Kemudian beliau bergegas melanjutkan misinya untuk memetik kelapa.

Sedang aku jalan menuju gubuk melewati sumber mata air tuk macan yang aku ambil.

Mata Air Tuk Macan/Dokpri
Mata Air Tuk Macan/Dokpri

Masuk ke gubuk, langsung naik dan sholat dzuha, sekitar jam sembilan lebih beberapa menit.

Lanjut nyicil qodho sholat lima waktu yang dulu aku tinggalkan.

Usai sholat aku sempatkan membuka kamus untuk latihan menghafal kosa-kata inggris diteras samping.

Silir angin sepoi-sepoi memancing rasa kantuk, mata perlahan terasa berat.

Tak ku paksakan, langsung tiduran dibangku beberapa menit.

Bangun nyemplung kali, ketemu tiga orang tukang glondong kayu alias tukang panggul kayu log.

Kami sempat ngobrol sejenak, mereka pergi dan aku berwudhu.

Naik ke gubuk, sekalian membereskan buku di motor dan ambil konci motor.

Aku bawa masuk, melihat jam sudak sekitar jam setengah dua belas.

Duduk diteras atas sembari mendengarkan radio Gadjah Mada Semarang.

Menunggu kumandang adzan dzuhur.

Tak lama kemudian aku menyiapkan kasur lantai dan dan menggulung handuk untuk ku jadikan bantal.

Kumandang adzan dzuhur bergegas aku sholat dzuhur tak lupa sholat rowatib.

Dzikir sejenak kemudian nyalakan radio lirih-lirih, ambil sarung untuk selimut dan langsung tidur siang.

Tidur siang yang cukup berkualitas. Alhamdulillah. Barokalloh.

Malam ini aku mau menghadiri pengajian yang diselenggarakan oleh pemuda kampung ku di masjid.

Jadi aku akhiri latihan menulis malam ini, acara sudah dimulai, sudah pukul 20:17 WIB.

Membaca Buku. 

Membaca Realita. 

Membaca Mereka. 

InsyaAlloh lanjut latihan menulis lagi besok. 

Mohon maaf lahir dan batin atas banyak kesalahan penulisan dari tulisan yang tidak bermutu ini.

Salam dari pelosok Desa, terus melaju untuk Indonesia maju, Indonesia sehat, Indonesia hebat, Indonesia cerdas, Indonesia emas.

Matur sembah nuwun.

Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia.

Alhamdulillah.

Barokalloh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun