Rasa pingin ku menaiki trans Jogja muncul kala ngobrol dengan bapak-bapak relawan pengatur jalan itu.
Biasanya aku minta dijemput oleh kawan, tapi saat itu aku berinisiatif untuk turut merasakan trnasportasi umum dengan warna khasnya hijau dan kuning kebanggan provinsi Jogja ini.Â
Masuk ke halte yang sedang dijaga oleh dua orang petugas, seorang perempuan dan seorang pria dengan kemeja putih dan celana hitam.
Aku tanya kepada penjaga perempuan yang duduknya lebih dekat dengan pintu masuk, maksud ku untuk order karcisnya.Â
Seorang perempuan cuek dengan kesibukannya mengotak-atik kalkulator, dua kali aku tanya sambil aku sentuh lengan beliau.Â
"mbak karcisnya, aku mau turun di perempatan jalan wonosari" tanya ku ke si mbak, masih juga tidak direspon dan tidak ada jawaban.Â
"si mbak lelah dan sibuk, atau mungkin ada masalah dengan pasangannya, atau kalau sudah berkeluarga sedang Ada masalah keluarga mungkin" batin ku sembari aku asyik senyum sendiri.Â
Antrian didepan ku sudah maju, aku pun ikut maju dan aku tanya ke mas penjaga.Â
"mas tiket, aku mau turun di perempatan jalan wonosari", masnya tidak menjawab, diam dan langsung menyodorkan karcisnya.
"berapa mas" tanya ku sambil aku nyodorkan uang 50an ke masnya, tidak dijawab cuma diterima uangnya dan dikasih kembalian.Â
"kok judes-judes ya pegawainya, apa dua orang ini cinlok dan lagi ada masalah berdua" batin ku sambil senyum-senyum geli.